JURNAL SOREANG - Fahri Hamzah mengungkap bahwa nama-nama populer sering kali terpilih oleh partai politik untuk mencalonkan diri sebagai pemimpin, sedangkan orang yang berkompeten untuk memimpin tidak mendapatkan kesempatan yang sama karena tidak populer.
Dilansir dari kanal YouTube Deddy Corbuzier, Fahri mengkritik keras pihak-pihak yang mengutamakan popularitas ketimbang gagasan.
Fenomena Artis Tak Berkompeten Mencalonkan Diri
Ketika ditanya oleh Deddy soal artis ‘tidak jelas’ mencalonkan diri menjadi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Fahri menjawabnya dengan nada yang cukup tinggi.
Baca Juga: Wow Mantap Banget! Inilah Weton Memiliki Kemauan yang Keras, Serta Ini Jodoh yang Cocoknya
“Ini mah sebenarnya gombal-gombalan aja demokrasinya kalau begitu,” tutur Fahri.
Menurutnya, fenomena tersebut akibat tidak menjunjung tinggi kontestasi gagasan, melainkan mengacu pada kontestasi kepopuleran, dan menurutnya itu sebuah kesalahan.
“Kita memindahkan pertarungan itu dari gagasan kepada popularitas. Which is wrong!” tutur Fahri.
Bagi Fahri, dalam demokrasi itu seharusnya mengadu gagasan bukan popularitas.
Baca Juga: 5 Tips Diet Mayo yang Efektif dan Menarik untuk Anda Coba!
Fahri berkata, “Rakyat itu membeli gagasan bukan membeli popularitas. Popularitas itu racun bagi demokrasi.”
Messi dan Ronaldo dengan Artis jadi Caleg
Fahri pun menganalogikan dengan perekrutan yang dilakukan oleh klub untuk Messi dan Ronaldo.
Menurutnya, Messi dan Ronaldo saat ini, bukan direkrut karena kepopulerannya. Justru kepopulerannya tersebut buah dari kemampuan mereka yang baik sepanjang karirnya.
Sedangkan, ia mengkhawatirkan orang-orang populer yang tidak berkompeten, lalu ketika memimpin negara berakhir menjadi kacau.
“Ini ada orang gak ada kualitas (tapi) populer, suruh mimpin negara (jadi) rusak, kan kacau” tutur Fahri dengan nada tinggi.
Maka, Fahri menginginkan agar aturan pemilu diubah agar dapat memfasilitasi konsep adu gagasan, ketimbang adu logistik/uang dan popularitas.
Keterpaksaan Mengedepankan Popularitas
Fahri berkata, “Kita sudah terjebak. Jangankan Indonesia, banyak demokrasi di dunia sekarang itu terpaksa migrasi pemilihannya itu kepada popularitas.”
Menurutnya, pemilu dapat berpindah dari substansi kepada gimmick, karena masyarakat lebih tertarik kepada gimmick.
Baca Juga: Prediksi Skor Sevilla vs AS Roma Final Liga Eropa, Link Nonton Streaming H2H dan Statistik
Sehingga, bagi Fahri, kembali lagi kepada negara harus memfasilitasi pemilu yang landasannya beradu gagasan, ketimbang popularitas.***