Waspadai! Gangguan Tidur pada Lansia Bisa Berisiko Depresi, Bahkan Bunuh diri

22 September 2021, 07:20 WIB
Ilustrasi gangguan tidur pada lansia. /pixabay.com/HaticeEROL

JURNAL SOREANG - Meski gangguan tidur pada lansia merupakan hal yang wajar, namun hal ini bisa menyebabkan resiko depresi bahkan hingga bunuh diri.

Karenanya jika lansia mengalami gangguan tidur, hal ini perlu diwaspadai.

Dokter spesialis kesehatan jiwa lulusan Universitas Indonesia, dr. Anastasia Ratnawati Biromo, Sp.KJ menuturkan, jika lansia mengalami keluhan gangguan tidur seperti ketidakpuasan kuantitas/kualitas tidur, kesulitan mempertahankan tidur, terbangun dini hari dan keluhan lain setidaknya 3 malam per minggu selama tiga bulan, maka perlu dikhawatirkan.

Alasannya, dampak keluhan gangguan tidur bisa mengakibatkan resiko depresi pada lansia.

Baca Juga: Member ASTRO JinJin Dinyatakan COVID 19

"Dampak insomnia pada lansia ini menimbulkan risiko depresi meningkat 23 persen, peningkatan risiko bunuh diri, peningkatan risiko Hipertensi, infark miokardial, dan stroke serta risiko lainnya," ujar dr. Anastasia dalam webinar "Brain Awareness Week Indonesia
2021" pada Selasa 21 September 2021.

Dituturkan, dr. Anastasia, kekurangan tidur dapat menyebabkan peningkatan sitokin inflamasi. Di mana hal yang sama juga didapatkan pada individu dengan gangguan depresi.

Selain itu, gangguan regulasi neutransmiter monoamin yang terdiri dari serotonin, norepinefrin dan dopamin berkontribusi terhadap abnormalitas tidur REM (Rapid Eye Movement) dan juga berperan dalam terjadinya depresi.

"Gangguan tidur dan faktor lingkungan menyebabkan ekspresi abnormal gen yang mengatur irama sirkandian menyebabkan timbulnya gangguan mood atau episode depresi," katanya seperti dilansirkan Antara.

Baca Juga: Han Absen Dari Aktivtas Stray Kids Karena Masalah Kesehatan

Dijelaskannya, gejala depresi pada lansia dan orang muda berbeda. Terkadang gejala yang muncul bertumpang tindih dengan gejala fisik atau gangguan daya pikir.

"Kalau orang muda, mereka lebih gampang bilang sedih atau tidak semangat, kalau pada lansia lebih susah mengekspresikan apa yang dirasakan apalagi kalau ada demensianya," ujar dr. Anastasia.

Lansia yang mengalami gejala depresi minat dan aktivitas fisiknya akan turun hingga cenderung lebih memilih berbaring saja yang dapat meningkatkan risiko obesitas, diabetes, dan hipertensi yang memang sudah dialami.

Selain itu, depresi pada lansia juga akan mempengaruhi hormon stres kortisol di mana menurunnya jumlah sel imun dan respon imun, naiknya gula darah dan kerusakan oksidatif yang memperberat gangguan kognitif.***

Editor: Sam

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler