Akibat Pemilu dan Pilpres Hingga Memutus Silaturahmi, Begini Bahayanya Putus Silaturahmi

- 24 Desember 2023, 08:06 WIB
Ustaz Dede Supriatna, pensiunan dan alumni Takhasus Kulliyatul Muballighin Yayasan Assyakur Lingga
Ustaz Dede Supriatna, pensiunan dan alumni Takhasus Kulliyatul Muballighin Yayasan Assyakur Lingga /Istimewa /

Baca Juga: PW Persis Jabar Akan Gelar Silaturahmi Berprestasi di AKSI MADIN se-Jabar Diikuti Puluhan Ribu Santri

 Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW ,  pernah menjelaskan bahwa keretakan hubungan kekerabatan tidak boleh dibiarkan lama. Keretakan hubungan harus diselesaikan dengan damai dan segera.

Rasulullah SAW  bahkan menyebutkan  tidak saling sapa ketika terjadi keretakatan tersebut hanya boleh hingga tiga hari. Rasulullah SAW bersabda: “Tidak dibenarkan bagi seorang Muslim untuk meninggalkan saudaranya [tidak mengajak berbicara karena benci] lebih dari tiga hari,” [HR. Muslim].  

Hadis di atas menunjukkan bagaimana Islam tidak menghendaki perpecahan hubungan kekerabatan, oleh karenanya setiap perbedaan yang berpotensi merusak hubungan harus diselesaikan dengan segera.       

 

 

  Jika ada hal yang kurang berkenan, alangkah baiknya untuk berbicara baik-baik dan meminta maaf sehingga silaturahmi terus berjalan dengan baik. Hal tersebut lantaran menjaga silaturahmi adalah hal yang sangat penting dalam Islam.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW  menjelaskan bahwa silaturahmi adalah bagian dari keimanan kepada Allah SWT .Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim :"Dari Abu Hurairah RA., dari Rasulullah SAW  bersabda, 'Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menjaga hubungan baik silaturahim dengan kerabatnya. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam,'" (HR. Bukhari dan Muslim).        

Dari hadis tersebut, dapat digaris bawahi bahwa menjaga silaturahmi bukan hanya perkara emosi, tetapi bahkan menyangkut keimanan. Sikap pemutusan hubungan darah semacam itu umumnya dipicu oleh gejolak emosional yang tinggi, lepas kendali, dan egosentrisme.

Halaman:

Editor: Sarnapi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x