JURNAL SOREANG- Sekali lagi Kang Wawan,sapaan akrab Prof.Dr. Setiawan Sabana MFA, membuktikan betapa konsisten motto berkeseniannya “Berkarya itu harus seperti helaan napas – berhenti kalau kita mati”. I’m not getting old I’m getting better . Makin gaek makin bersemangat berkesenian.
Ya kali ini Sang Maestro Kertas menebarkan hampir segenap karyanya di Exhibition Hall Gedung B Lantai 1 Universitas Kristen Maranatha, Jl. Surya Sumantri No.65 Bandung, (15 – 19 Maret 2023)
Pameran bertajuk “Nusantara, Tenis Meja, Kemanusiaan” yang dikuratori Dr. Ismet Zainal Effendi, S.Sn., M.Sn, ini selain karya Kang Wawan, juga menampilkan 61 karya para seniman dari 8 perguruan tinggi di Indonesia, dan bisa diapresiasi oleh umum setiap hari mulai pk.10.00 hingga 16.00.
Selain pameran seni rupa digelar juga webinar dan workshop. Seperti hari kedua (17/3/2023) Lilis Nuryati Sabana (Dewi Daun) menggelar workshop Cetak Daun ( ecoprint) dengan tajuk “ Mari Membuat Syal Ecoprint” di Gd. B Lt 5 Prodi FSRD.
Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Universitas Kristen Maranatha, Irena Vanessa Gunawan, dalam pembukaan mengatakan, atas nama pengrus rumah barunya kang Wawan, sangat gembira dan menyambut baik kedatangan Kang Wawan di FSRD Universitas Kristen Maranatha.
“Ini adalah pameran Pa Wawan di rumah barunya. Kami sekarang punya Prof. Wawan yang sudah banyak jadi inspirasi kami dan kami banyak belajar sama beliau dan saya lihat para seniman banyak yang menyayanginya. Profesor Wawan ini sosok yang penting hingga ketika jadi atlit pingpong beliau malah pernah mewakili Negara Amerika,” pujinya.
Baca Juga: Ikut Peringati Satu Abad NU, Lesbumi PWNU Jabar Sukses Gelar Pameran Seni Rupa
“Saya aja belajar pingpong tidak sampai jadi atlit” lanjut dekan.
Sedangkan jadi atlit itu luar biasa harus bisa mengontrol emosi dan beliau dari OR itu jadi kenal banyak orang serta karakternya juga berbeda. Kang Wawan selalu mengevaluasi dirinya sendiri.
Dalam pingpong kan harus bisa pasang strategi agar bisa menang dalam pertandingan dan karakternya itu terbawa ke dalam karya-karyanya yang sudah beliau pamerkan ke seantero dunia.Itu yang kita perlu banyak belajar dari Pa Wawan. Kehadiran Pa Wawan ini jadi hadiah Ulang Tahun bagi FSRD Universitas Kristen Maranatha, “ katanya haru dan bangga.
Kenapa kehadiran Prof. Setiawan Sabana sangat disambut gembira oleh FSRD Universitas Kristen Maranatha, ternyata usut punya usut beliau kini memang sudah resmi jadi Guru Besar FSRD Universitas Kristen Maranatha Bandung.
Hal ini keterangan Ketua Panitia Pelaksana Pameran, Ariesa Pandanwangi sekaligus dosen tetap Prodi Seni Rupa Murni FSRD dan Ketua Bidang Riset LPPM Universitas Kristen Maranatha.
“Pa Wawan kini sudah tercatat jadi Guru Besar di sini. Beliau diusulkan rektor kami, bahwa ada profesor seni rupa yang sudah pensiun, lalu ditawarkan ke fakultas dan kami tangkap peluang itu, ““ ujarnya bangga.
Bu Esa juga mengatakan pameran ini merupakan rangkaian acara Dies Natalis FSRD Universitas Kristen Maranatha yang dikelola Jurusan Seni Rupa Murni.
Semua karya seniman yang dipamerkan, kata Esa, merespon tema yang diusung Kang Wawan “Nusantara- Tenis Meja dan Kemanusiaan”, “ Ada yang merespon tentang Nusantaranya, ada juga yang merespon tentang tenis mejanya, jada semua karya yang berjumlah 61 karya dari 8 perguruan tinggi itu disatukan, “ terangnya.
Sementara itu Syakieb A. Sungkar seniman dan kolektor yang sengaja datang dari Jakarta untuk melihat guru dan istrinya (Ana Sungkar ) berpameran mengatakan, pameran ini adalah salah satu bentuk ekpresi Kang Wawan sendiri serta teman-teman dan murid-muridnya baik yang masih mahasiswa maupun yang sudah sarjana.
“Dan karya-karya yang ada di sini mencerminkan apa yang menjadi hobi Pa Wawan, misalnya ada pingpong, buku, kertas, Intalasi. Jadi itu adalah tema-tema yang terus menerus menjadi cara Pa Wawan berkreasi, jadi ini sudah mencerminkan apa yang menjadi konsennya, “ terangnya.
Karyanya itu sendiri, kata alumni FSRD ITB angkatan 81 ini ada yang dari kertas, karton disambung seperti kolase, patung berbahan variasi, ada bat ping pong yang berumur 50 tahun, “Itu menurut saya jadi sesuatu yang unik dan lebih bersifat apresiasi kepada Pa Wawan sendiri”, katanya mengapresiasi.
Sementara Syakieb yang juga salah seorang pendiri GITA (Gerakan Indonesia Kita, organisasi sosial yang berperan membantu melestarikan budaya tradisi Indonesia) bersama Goenawan Muhammad (GM-Tempo) mengaku mengkoleksi salahsatu karya grafis Pa Wawan.
Dia juga pengagum karya Istrinya, Ana Sungkar yang dalam pameran tersebut menampilkan lukisannya seorang ibu tua dan gerobak sampahnya juga potret diri kang Wawan yang terbuat dari bubuk kopi. Lukisannya memang terlihat Realis detail sekali.
Kang Wawan sendiri mengatakan kepada wartawan, Pingpong atau Tenis Meja yang ia gemari sejak di SD memang sudah banyak mewarnai hidupnya. Pingpong itu telah membawa dirinya jadi sehat, jadi atlit, banyak mengenal/silaturahim dengan banyak teman dan orang-orang istimewa.
Di ITB pun ia mendirikan perkumpulan pingpong bahkan pernah dua kali mengikuti turnamen tenis meja di Amerika Serikat (Chicago Open & US Open). Itulah, Pingpong dan Kemanusiaan!***
Ikuti terus dan share informasi Anda di media sosial Google News Jurnal Soreang , FB Page Jurnal Soreang, YouTube Jurnal Soreang , Instagram @jurnal.soreang dan TikTok @jurnalsoreang