JURNAL SOREANG - Dalam melaksanakan puasa di bulan Ramadhan umat muslim tidak hanya menahan rasa haus dan lapar namun umat muslim juga dituntut untuk menghindari hal-hal yang dapat membatalkan pahala puasa.
Karena, banyak orang yang berpuasa namun hanya mendapat rasa lapar dan dahaga saja, sementara pahalanya tidak ia peroleh, mengapa? Karena ia masih mengikuti hawa nafsunya yang mana dapat membatalkan pahala puasa itu sendiri.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوْع وَالْعَطْش
Artinya :
"Betapa banyak orang yang berpuasa, namun dia tidak mendapatkan sesuatu dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga" (HR An-Nasa’i).
Hadist di atas secara jelas telah memberikan suatu pengertian bahwa betapa banyak orang yang melakukan puasa dan sukses mencegah dirinya dari hal yang membatalkan puasa, namun hanya rasa lapar dan dahaga yang didapatnya sedangkan pahalanya tidak.
Lantas apa penyebab batalnya atau hilangnya pahala puasa? Yuk, simak artikelnya sampai selesai
Dalam kitab al-Fawaidul Mukhtarah li Saliki Tariqil Akhirah, Habib Zain bin Smith memberikan tiga penafsiran terkait ayat di atas. Yaitu :
Pertama, orang yang berpuasa tapi tidak meninggalkan sesuatu yang dapat menghilangkan pahala puasanya seperti : Gibah atau menggunjing orang lain, berbohong, mengadu domba, melihat dengan syahwat dan sumpah palsu. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
خمسٌ يُفطِرن الصّائِم: الغِيبةُ، والنّمِيمةُ، والكذِبُ، والنّظرُ بِالشّهوةِ، واليمِينُ الكاذِبةُ
Artinya:
"Lima hal yang bisa membatalkan pahala orang berpuasa: membicarakan orang lain, mengadu domba, berbohong, melihat dengan syahwat, dan sumpah palsu" (HR Ad-Dailami).