Network
JURNAL SOREANG – Bulan kedua di dalam sistem perhitungan tahun Hijriah adalah Bulan Safar.
Di bulan Safar ini, ada sebuah istilah yang dikenal di kalangan masyarakat dengan “Rebo Wekasan” atau Rabu terakhir di bulan tersebut.
Pada hari Rebo Wekasan ini sering dilakukan ritual ibadah untuk memohon perlindungan dari Allah SWT dari berbagai malapetaka.
Baca Juga: Adakah Istilah Rebo Wekasan dalam Islam? Begini Penjelasan Buya Yahya
Tradisi Rebo Wekasan ini sudah berlangsung secara turun-temurun di kalangan masyarakat Jawa, Sunda, Madura, dan yang lainnya.
Lantas, bagaimana asal usul munculnya istilah Rebo Wekasan ini? Buya Yahya dalam sebuah kesempatan memberikan keterangannya.
Sebagaimana dilansir Jurnal Soreang pada kanal Youtube Al-Bahjah TV, berikut penjelasan dari Buya Yahya.
Baca Juga: Wah! Menurut Primbon Jawa, 4 Weton Ini Paling Cocok jadi Pemimpin, Apa Kamu Termasuk?
Menurut Buya Yahya, kisah asal mulanya adanya Rebo Wekasan ini ketika ada seorang orang saleh mengatakan bahwa di hari ini (Rebo Wekasan) akan ada sebuah bencana.
“Kisah tentang Rebo Wekasan yang kami dengar adalah ceritanya ada orang saleh mengatakan bahwasanya di hari ini akan datang bencana, begini.. begini..,” tuturnya.
Lebih lanjut, Buya Yahya kemudian menjelaskan mengenai boleh dan tidaknya percaya akan hal tersebut.
Baca Juga: Simak! 4 Hal yang Bagus Jika Dilakukan pada Rebo Wekasan
Kepercayaan terhadap perkataan dari seorang yang saleh atau seorang wali dijelaskan dalam sebuah kitab.
Dalam kitab tersebut dijelaskan, apabila ungkapan seorang saleh tadi tidak bertentangan dengan syariat, maka diperbolehkan untuk mempercayainya atau tidak.
Terkait Rebo Wekasan yang muncul dari seorang yang saleh, menurut Buya Yahya kita boleh untuk mempercayainya selama tidak bertentangan dengan syariat.
Baca Juga: Kode Redeem FF Free Fire Terbaru Rabu 6 Oktober yang Belum Digunakan, Segera Klaim Sebelum Menyesal
Selain itu, cara berlindung dari musibah yang dikabarkan akan turun di Rebo Wekasan ini pun harus sesuai yang diperintahkan oleh Allah.
Misalnya dengan bersedekah dan melakukan salat agar terjauh dari bala atau bencana yang diturunkan.
“Ya cara berlindungnya dengan sesuatu yang diajarkan oleh Allah, misalnya sedekah menolak bala, melakukan salat untuk memohon kepada Allah setelah salat,” kata Buya Yahya.***
