Migrasi Burung Pemangsa, Bisa Ribuan Mengangkasa Di Langit Bandung

Sam
18 Oktober 2020, 20:44 WIB
Sejumlah pemerhati burung migrasi, mengidentifikasi burung menggunakan kamera dan lensa pembesar, saat melakukan pengamatan burung migrasi di Gunung Batu, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Minggu, 18 Oktober 2020. /Sam

JURNAL SOREANG - Kegiatan mengamati burung (Bird Watching) terutama pada burung migrasi memang belum cukup poluler bagi masyarakat umum. Terkecuali bagi mereka yang lebih menyukai fenomena alam dan pemerhati satwa terutama burung.

Didasari hal itulah sejumlah penggiat lingkungan dan satwa (burung) melakukan pengamatan terkait fenomena perilaku satwa tadi.

"Kami mengadakan pengamatan migrasi burung pemangsa atau elang dan alap-alap yang bermigrasi dari belahan bumi utara ke belahan bumi selatan." kata Suroso, penggiat senior dari Bird Conservation Society (Bicons), saat ditemui JurnalSoreang.Pikiran-Rakyat.com di area pengamatan di Gunung Batu, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Minggu 18 Oktober 2020.

Baca Juga: Berita Baik: Indonesia Berpotensi Paling Maju se- ASEAN pada pengelolaan Bank Syariah

Suroso mengatakan bahwa setiap tahunnya fenomena ini terjadi, karena akibat dari perubahan iklim yang terjadi di belahan bumi utara.

"Akibat di belahan bumi utara sekarang terjadi musim dingin, maka burung-burung dari sana bermigrasi ke belahan bumi selatan yang beriklim panas, guna bertahan hidup." kata Suroso.

Hal itu menurut Suroso bukan tanpa alasan, karena migrasi tersebut sudah umum dilakukan burung di belahan dunia mana pun.

Baca Juga: Tips Tangani Anak yang Stres Akibat Pandemi

"Maka didasari insting untuk bertahan hidup, mereka rela melakukan perjalanan yang sangat jauh secara berkelompok, hanya sekedar untuk mencari sumber makanan yang ada di belahan bumi selatan. Dan itu terjadi di setiap tahun migrasi." imbuhnya.

Bahkan dalam satu musim migrasi, kata Suroso, bisa lebih dari ribuan burung berpindah tempat selama pergantian musim.

"Bisa mencapai ribuan dalam satu kali musim migrasi, hingga akhirnya mereka kembali lagi ke tempat asalnya yaitu di belahan bumi utara untuk berbiak. Fenomena ini sangat menarik untuk dipelajari, terutama bagi pemerhati dan kaum pelajar seperti mahasiswa dan pehobi." jelas Suroso.

Baca Juga: Link Nonton Live Streaming Leicester City vs Aston Villa. Diuntungkan Draw Everton vs Liverpool

Sementara itu, burung yang diamati oleh bicons adalah burung pemangsa bernama jenis Elang Sikep Madu Asia (Oriental Honey Buzzard) atau dengan nama ilmiah Pernis ptilorhynchus, serta burung Alap-alap yang berasal dari Jepang (Accipiter gularis) dan Alap-alap Cina (Accipiter soloensis).

Namun, dari fenomena alam tadi, Suroso berharap terkait perubahan lingkungan yang sangat drastis dari waktu ke waktu.

"Dulu pertama kali kita pengamatan disini (Gunung Batu), pada setiap tahun musim migrasi di awal bulan September di tahun 2010, masih sering ditemui burung migrasi yang lewat disini,terutama ketiga jenis burung tadi, namun seiring perubahan lingkungan akibat alih fungsi lahan dan perburuan burung yang semakin marak, mereka pun semakin sedikit yang teramati." keluhnya.

Baca Juga: Tak Benar, Pakai Kaus Kaki Saat Tidur Merusak Otak

Padahal, menurut Suroso dan pemerhati lainnya, burung merupakan indikasi baik buruknya suatu kondisi lingkungan. Karena itulah Suroso dan rekan-rekannya, melakukan pengamatan di setiap tahun migrasi di lokasi yang sama.

"Burung itu salah satu indikator dari baik buruknya suatu kondisi lingkungan, maka dari itu kita mengajak mereka yang peduli lingkungan, untuk mengamati fenomena burung migrasi untuk edukasi buat masyarkat." harapnya.***

Editor: Sam

Tags

Terkini

Terpopuler