JURNAL SOREANG – Tidak lama lagi umat Islam akan merayakan Hari Raya Idul Adha 1444 H/2023 M, yang dirayakan setiap tanggal 10 Dzulhijjah. Sebelum merayakan perayaan tersebut, terdapat beberapa tanggal yang dapat dilakukan oleh umat Islam untuk melaksanakan tiga puasa sunnah menjelang Idul Adha. Saat menjalankan puasa Idul Adha, setiap muslim akan mendapatkan keutamaan yang dapat diperoleh.
Puasa 10 Hari pertama Dzulhijah
Ketika masuk bulan Dzulhijah, seorang muslim disunnahkan untuk berpuasa di 10 hari pertama Dzulhijjah menjelang Idul Adha.
Nabi Muhammad saw bersabda bahwa menjalankan puasa sunnah selama satu hari di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah memiliki nilai keutamaan yang setara dengan berpuasa sunnah selama satu tahun.
“Tidak ada hari-hari yang lebih Allah sukai untuk beribadah selain sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, satu hari berpuasa di dalamnya setara dengan satu tahun berpuasa, satu malam mendirikan shalat malam setara dengan shalat pada malam Lailatul Qadar” (HR At-Tirmidzi).
Dalam sebuah hadis lain, dijelaskan bahwa 10 hari awal bulan Dzulhijjah merupakan waktu yang agung.
“Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan amal saleh di dalamnya lebih dicintai oleh-Nya daripada hari yang sepuluh (sepuluh hari pertama dari Dzulhijjah), karenanya perbanyaklah tahlil, takbir, dan tahmid di dalamnya,” (HR Ahmad).
Adapun niat puasa Dzulhijjah sebagai Berikut :
نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ شَهْرِ ذِيْ الْحِجَّةِ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i syahri dzil hijjah sunnatan lillâhi ta’âlâ.
Artinya, “Saya niat puasa sunnah bulan Dzulhijjah hari ini karena Allah ta’âlâ.”
Pada dua hari menjelang Idul Adha, tanggal 8 Dzulhijjah terdapat puasa sunnah Tarwiyah dan tanggal 9 Dzulhijjah disebut dengan puasa sunnah Arafah.
Pada suatu hadist, disebutkan bahwa seorang muslim yang melakukan puasa sunnah Tarwiyah akan diampuni dosa satu tahun yang lalu dan untuk Arafah akan diampuni dosa dua tahun(1 Tahun lalu dan 1 Tahun mendatang).
“Puasa pada hari tarwiyah [8 Zulhijah] akan mengampuni dosa setahun yang lalu. Sedangkan puasa hari Arafah [9 Zulhijah] akan mengampuni dosa dua tahun.” (HR. Abusy Syaikh dan Ibnu An Najjar dari Ibnu ‘Abbas)
Tidak ada keharusan untuk mengucapkan niat puasa Tarwiyah dan Arafah dengan lisan. Cukup dengan memperkuat niat di dalam hati, sudah memenuhi syarat untuk melakukan puasa tersebut. Namun, jika ingin mengucapkannya secara lisan, berikut adalah kalimat yang dapat digunakan:
Baca Juga: Bareskrim Polri Periksa Kemenag dan MUI Terkait Kasus Ponpes Al Zaytun Indramayu
Niat Puasa 8 Dzulhjjah(Tarwiyah)
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ التَّرْوِيَةِ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i sunnati yaumit tarwiyah lillâhi ta‘ālā.
Artinya: “Aku berniat puasa sunnah Tarwiyah esok hari karena Allah SWT.”
Niat Puasa 9 Dzulhijjah(Arafah)
نويتُ صومَ عرفة سُنّةً لل تعالى
Nawaitu shouma arafata sunnatan lillahi ta’ala.
Artinya: “Saya berniat puasa sunah Arafah karena Allah ta’ala.”
Baca Juga: TIPS PARENTING: Begini Cara Bicara Kepada Anak agar Didengar, Orang Tua Wajib Tahu!
Hukum Puasa Tarwiyah dan Arafah
Meskipun hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Abusy Syaikh dan Ibnu An Najjar mengenai Puasa Tarwiyah dan Arafah di atas dianggap sebagai hadis dhaif oleh Syekh Al Albani, dan Ibnul Jauzi juga menyatakan ketidaksahehan hadis tersebut dalam kitab Al Mughni yang ditulis oleh Ibnu Qudamah Al Maqdisi, Asy Syaukani berpendapat bahwa terdapat perawi yang tidak memenuhi syarat dalam proses periwatannya.
Namun, meskipun hadis tersebut dhaif, terdapat dalil-dalil lain yang kuat yang mendukung pelaksanaan puasa Arafah melalui hadis-hadis sahih. Oleh karena itu, pelaksanaan puasa Arafah memiliki hukum sunnah atau dianjurkan. Salah satu dalil yang menjadi pedoman untuk puasa Arafah adalah:
“Puasa Arafah [9 Zulhijah] dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyura [10 Muharram] akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162)
Meskipun tidak ada dukungan dalil sahih yang secara khusus mendukung Puasa Tarwiyah, puasa tersebut masih boleh dilaksanakan pada tanggal 8 Zulhijah. Hal ini karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melazimkan puasa selama 9 hari di bulan Zulhijah, mulai dari tanggal 1 hingga 9 Zulhijah. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis, Rasulullah saw. bersabda:
“Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini [yaitu 10 hari pertama bulan Zulhijah]. Para sahabat bertanya: 'Tidak pula jihad di jalan Allah?' Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab, 'Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.'” (HR. Abu Daud no. 2438).***
Ikuti terus dan share informasi Anda di media sosial Google News Jurnal Soreang, FB Page Jurnal Soreang, YouTube Jurnal Soreang, Instagram @jurnal.soreang, dan TikTok @jurnalsoreang