JURNAL SOREANG – Pada bulan ramadhan kerap kali di kaitkan dengan mengendalikan nafsu, hal ini pun telah dijelaskan oleh ulama besar Quraish Shihab.
Sang Ahli tafsir Al Quran, Quraish Shihab menjelaskan bahwa cara mengendalikan hawa nafsu salah satunya dengan berpuasa, baik sunnah maupun saat ramadhan.
Quraish Shihab yang merupakan ulama ahli tafsir Al Quran dan juga mantan menteri agama ini menyebutkan nafsu memiliki tiga macam.
Baca Juga: Khazanah Ramadhan bersama Ustadz Berik Said: Apakah Berbuka dengan yang Manis itu Sunnah?
Dilansir dari kanal Youtube Najwa Shihab, Quraish Shihab menjelaskan tentang macam-macam nafsu, yang memiliki tiga macam.
Quraish Shihab menjelaskan nafsu yang pertama adalah nafsu mutmainnah yang artinya jiwa yang selalu tenang, apa pun yang terjadi.
Nafsu yang apabila seorang mendapatkan nikmat ia bersyukur, terkena musibah ia sabar, yang menjadikan ia selalu tenang dan sabar.
Baca Juga: Cara Menyikapi Quarter Life Crisis dalam Islam, Simak Nasihat dari Abi Quraish Shihab
"Yang kedua nafsu Lawwamah. Nafsu yang selalu mengecam apabila dia melakukan dosa," kata Quraish Shihab.
Maksud dari nafsu ini adalah seseorang yang melakukan dosa, yang kemudian ia mengecam jiwanya lalu kemudian ia berusaha memperbaiki kesalahannya.
Lalu yang ketiga ada nafsu ammaratu bissuu.
"Ada yang ketiga nafsu ammaratu bissuu. Ini yang kita namakan nafsu,"kata Quraish Shihab.
Baca Juga: Keren! 5 Negara yang Dulu Miskin dan Kini Jadi Negara Maju, Ada Aktor Utama Piala Dunia 2022
Ayah dari Najwa Shihab ini menjelaskan bahwa nafsu ini merupakan nafsu yang selalu mendorong kepada hal yang buruk, dengan rasa yang tidak pernah puas.
"Dan Nafsu ammaratu bissuu ini tidak pernah puas. Kalau diberi ini dia mau lebih," katanya.
Namun, segala macam nafsu bisa dihalangi oleh kuatnya iman seseorang.
Menurut Quraish Shihab kita sebagai manusia pasti memiliki hawa nafsu, yang harus di kendalikan bukan di hilangkan.
Dalam mengendalikan nafsu manusia salah satunya dengan cara berpuasa.
Sebagai manusia yang memiliki hawa nafsu, sudah seharusnya untuk tegas dalam mengendalikan nafsu tersebut yang semata-mata untuk kebaikan.***