Apakah Meniru Kesuksesan Orang Lain Termasuk Dengki? Ini Jawaban Ustaz Aam Amirudin

22 Februari 2022, 08:44 WIB
Apakah Meniru Kesuksesan Orang Lain Termasuk Dengki? Ini Jawaban Ustaz Aam Amirudin /

JURNAL SOREANG - Saya suka meniru kesuksesan orang lain. Misalnya, kawan saya nilai ujiannya A, kemudian suka tebersit keinginan saya pun harus A. Nah, apakah sifat saya itu dikategorikan dengki?

Menurut Ustaz Aam Amiruddin, dengki adalah mengharapkan hilangnya kenikmatan atau kebaikan (berupa harta, kedudukan, ilmu) dari orang lain.

Redaksi lain menyebutkan, dengki adalah perasaan tidak rela kalau orang lain mendapatkan kebaikan atau kenikmatan.

Baca Juga: Mengapa Doa Belum Dikabul Juga Ya? Ini Jawabannya Menurut Ustaz Aam Amirudin

Misalnya, kalau orang lain kariernya bagus, kita tidak suka dengan kesuksesannya. Kalau kawan kita bisnisnya sukses, kita berharap usahanya bangkrut.

Inilah dengki yang dikatakan Rasulullah saw. bisa menghanguskan kebaikan-kebaikan.

"Jauhilah hasad (dengki), karena dengki akan menghanguskan kebaikan-kebaikan sebagaimana api menghanguskan kayu bakar." (H.R. Abu Daud)

Apabila seseorang sudah hasad (dengki), ia akan menghalalkan segala cara untuk menghancurkan orang yang ia dengki.

Baca Juga: Apakah Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Akan Masuk Surga? Ini Penjelasan Ustaz Aam Amiruddin

Karenanya, berlindung dari sifat dengki merupakan sebuah keniscayaan atau keharusan. Bukan sekadar berlindung dari dengkinya orang lain terhadap diri kita, namun kita pun wajib memohon agar dijauhkan dari sifat dengki terhadap orang lain.

Sungguh naif kalau kita mohon perlindungan kedengkian orang lain terhadap disebutkannya kata ilmu dengan berbagai pecahannya sebanyak 780 kali.

Allah swt. mengangkat derajat orang yang berilmu dan beriman (Q.S. Al Mujadilah 58: 11). Kemudian, yang paling takut pada Allah adalah orang orang yang berilmu (Q.S. Faathir 35: 28).

Baca Juga: Bolehkah Menonton Acara Gosip di Televisi Seperti Infotainmen? Ini Jawaban Ustaz Aam Amiruddin

Berbekal ruh inilah, kemudian kaum Muslimin generasi awal membangun pondasi peradaban untuk bisa mandiri.

Karena kemandirian merupakan suatu keniscayaan untuk bisa melaksanakan ajaran Islam secara utuh (Q.S. An-Nisa 4: 141).

Akhirnya, fakta historis menunjukkkan bahwa dengan semangat Qurani, selama beberapa abad para ulama dan saintis Muslim menjadi pelopor ilmu, pembawa obor pengetahuan.

Baca Juga: Dua Kunci Sukses Hidup di Dunia dan Akhirat, Apa Saja Ya? Berikut Penjelasannya Ustaz Aam Amiruddin

Dengan karya-karya mereka dijadikan yang texbook atau handbook di Eropa selama beberapa abad, sehingga kaum Muslimin benar-benar menduduki jabatan khalifah fil ardh.

Mampukah kita mengulangi kesuksesan ini? Insya Allah. ***

Editor: Sarnapi

Sumber: Buku Bedah Masalah Kontemporer

Tags

Terkini

Terpopuler