Wawan berharap, acara seminar kasundaan ini menjadi ciri khas Universitas Kristen Maranatha untuk ke depannya. Sesuai yang dikatakannya dalam sambutan pembukaan.
“Kampus kita ini adalah kampus masa depan, tapi tidak lepas dari local wisdomnya (kearifan lokal ) itu sendiri. Karena dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Jadi jangan sampai kita menjadi arogan, jadi teu nincak bumi (tidak menapak bumi /tidak melebur/membumi), jadi apa yang kita kerjakan itu jangan sampai kacang lupa sama kulitnya,” tegasnya.
Dosen pengajar seni murni yang pernah mengenyam pendidikan STSI Denpasar Bali- Senu Lukis dan Pedalangan Bali dan Seni Murni Pascasarjana FPSRD -ITB ini berharap acara seminar kasundaan ini rutin diadakan, mungkin nanti skupnya akan lebih luas lagi jadi internasional katanya pasti.
Senada dengan pernyataan itu, Kaprodi Seni Murni FSRD UK Maranatha, Ismet Zainal Effendi mengatakan pada wartawan, lahirnya Seminar Budaya Sunda ini sebagai bentuk pertanggungjawaban pihaknya sebagai kaum akademisi.
Dalam hal ini Program Seni Rupa Murni yang memiliki tanggung jawab dan kewajiban untuk ngamumule (melestarikan) Budaya Sunda.
"Memang itu harus jadi kewajiban para akademisi sebagai motor atau lokomotifnya yang tujuannya adalah tidak lain untuk melestarikan Budaya Sunda ini agar jangan sampai tergerus zaman, malah kalau bisa mengikuti zaman bahkan sampai ke tingkat global," katanya.
Baca Juga: Longser: Teater Rakyat Sunda yang Memikat Hati Masyarakat, inilah Penjelasanya