Tari Ronggeng Gunung: Seni Tari Tradisional dari Dusun Padaherang, Pangandaran

- 14 Februari 2023, 22:26 WIB
Tari Ronggeng Gunung: Seni Tari Tradisional dari Dusun Padaherang
Tari Ronggeng Gunung: Seni Tari Tradisional dari Dusun Padaherang /Tangkapan layar youtube Ame Damai Studio/

Penerus untuk ronggeng gunung itu sendiri dulu hanya boleh oleh keturunan dari ronggeng gunung itu sendiri. Kemudian, yang menjadi ronggeng gunung harus yang masih cawene atau perawan, tetapi seiring berjalannya waktu dari mana pun yang hoyong tiasa atau ingin bisa boleh menjadi ronggeng gunung.

Kemudian fungsi sesajen sangat penting dalam pagelaran ronggeng gunung sendiri. Seperti yang dikatakan bapak R. Devi Setiawiguna bahwa,

“bilih aya nu kadupak sajabina, jadina kedah sasadu, hiji ngenta widi bade ngagandengan didieu, abi sakulawarga sareng sarombongan, atos kitu bakar menyan, sanes henteu percanten ka pangeran, sanes, da teu aya deui nu kudu dipigusti iwal ti pangeran, da teu kenging dipigusti kedah dipupusti, mung ieu mah ngan sakadar menta widi wungkul,”

Baca Juga: Apakah Isra Miraj 2023 Termasuk Hari Libur Nasional? Cek Isi SKB 3 Menteri terbaru!

Memiliki arti bahwa, sesajen disini menjadi salah satu simbol syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan juga syukur kepada para karuhun terdahulu, selanjutnya untuk pengungkapan menta widi atau minta izin kepada mahluk - mahluk yang ada di daerah tempat pagelaran ronggeng gunung itu sendiri. Isi sesajen itu sendiri adalah kopi manis, kopi pahit, teh manis, teh pahit, bakal pisambeuleun (yakni: bawang merah, cabe, gula, garam), bunga 3 rupa (yakni: kenanga, rose, kantil).

Alat musik dari ronggeng gunung sendiri yakni ada tiga waditra, yakni kendang, goong, dan bonang. Pada jaman dahulu, menurut narasumber yakni bapak R. Devi Setiawiguna menyatakan bahwa, ketuk nya itu sendiri terbuat dari batok kelapa yang dilaras dan kendang nya itu sendiri terbuat dari kai kulé atau lamé.

Menurut narasumber bapak R. Devi Setiawiguna mengenai struktur penyajian dari ronggeng gunung itu sendiri menyatakan bahwa, Struktur pagelaran dari ronggeng gunung itu sendiri yakni seperti berikut; bubuka (ada tiga point, tetapi ini disakralkan), kemudian dilanjut dengan kidung, kemudian baksa, ngainstrenan atau masihan kahormatan kanu nu gaduh maksad, sesudah itu ibing sadayana yang dimana para penarinya menari menggunakan sarung.

Baca Juga: Perintah Gubernur Jabar Ridwan Kamil; 1 PNS Menjadi Orang Tua Asuh 1 Anak Terpapar Stunting

Sarung sendiri disini simbol maung, yakni ronggeng gunung ini sangat disukai orang pakuan, padjadjaran.***

 

Halaman:

Editor: Josa Tambunan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x