Sebagian korban tergiur dan meyakini bahwa tanpa ibadah mereka akan masuk surga dengan membayar tiket surga seharga Rp25.000.
Orang itu pun, lanjutnya, tidak mengakui sebagai Warga Negara Indonesia atau WNI.
"Ada sebuah kejadian yang kami alami. Saat deklarasi 200 warga di Selatan itu, saya berbincang dengan seorang ibu, yang tidak mengakui sebagai WNI," katanya.
Menurut Pengakuan orang tersebut, ia tidak diajarkan salat oleh gurunya, sebagai jaminan surga, ia harus membayar Rp25.000.
"Dia diajari gurunya tidak salat. Sebagai gantinya, cukup membayar infaq Rp25.000. Dijamin akan selamat dan masuk surga. Ini merupakan pembodohan kepada umat," lanjutnya.
Masyarakat yang terpapar paham radikalisme atau ajaran sesat, lanjutnya, adalah mereka yang bermukim di wilayah Selatan Garut.
Sebagai informasi, daerah tersebut hanya bisa dijangkau dengan menaiki kendaraan roda dua hingga berjalan kaki.
Ia mengatakan abhwa penanganan masalah tersebut menjadi tanggung jawab berbagai elemen.