Baca Juga: Amalan Mudah untuk Obati Wasir dan Jauhkan Kezaliman
Padahal, sarana penunjang dan koleksi buku yang ada, terus ditingkatkan baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
“Jumlah perpustakaan aktif di Jawa Barat sebanyak 16.384, yang belum secara menyeluruh ada di setiapkota/kabupaten, kecamatan, desa dan kelurahan. Akses masyarakat keperpustakaan juga masih terbatas, terlebih lagi saat pandemi yang makin membuat mereka mengakses sumber, ditutup,” kata Atalia.
Selain itu, Atalia mengakui bahwa penurunan indeks itu juga terjadi akibat kecenderungan generasi Z yang lebih suka menonton televisi, mendengar music dan mengakses internet, termasuk kelas lebih tuanya yakni generasi milenial yang nyaris semuanya menjangkau informasi dengan smartphone.
“Padahal saya juga terkaget-kaget setelah tahu bahwa 104 anak yang mengalami gangguan jiwa karena kecanduan gawai, dirawat di RSJ di Jabar (Bandung), belum terhitung yang dirawat di RSJ di kota/kabupaten,” katanya.
Bahaya lain yang ditakutkan oleh Atalia adalah, anak-anak menjadi malas makan hingga mengalami gizi buruk, dan banyak yang juga mengalami obesitas karena terlalu sering duduk atau berbaring, bermain ponsel sambil makan dan minum.
Anak-anak juga cenderung kehilangan teman, tak cakap bersosialisasi langsung, dan juga mengurangi produktivitasnya.
Bahaya-bahaya inilah yang kemudian mendorong Jawa Barat kian gencar melakukan gerakan literasi, yang dicanangkan secara jangka panjang untuk tahun 2018 hingga 2023.
“Kita memfasilitasi pembangunan gedung perpustakaan Kabupaten Pangandaran, juga banyak perpustakaan kecamatan, desa dan kelurahan. Kita menyediakan juga mobil perpustakaan keliling untuk 27 kabupaten/kota. Gedung perpustakaan disabilitas dan deposit juga dibangun di Gedebage,” ujar Atalia.