Pameran Bersama 3 Generasi Perupa Bandung di Hotel Kota Bandung, Siapa Saja Perupanya?

14 Februari 2024, 14:43 WIB
Tiga Generasi Perupa Bandung berpameran bareng menyuguhkan karya lukisnya di Grand Hotel Preanger , Jl. Asia Afrika No.81 , Kota Bandung dari 1 Februari s/d 15 Februari 2024. /Asep GP/Jurnal SOREANG

JURNAL SOREANG - Tiga  Generasi Perupa Bandung berpameran bareng menyuguhkan karya lukisnya di Grand Hotel Preanger , Jl. Asia Afrika No.81 , Kota Bandung  dari 1 Februari s/d 15 Februari 2024.

Para Perupa tersebut yaitu: Basuki Bawono, Deden Imanudin, Supriatna (Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Sistem Informasi dan Kerjasama- ISBI Bandung), Epi Gunawan, Heri Heriana, Jatnika Darajatun, Nina Sarinah, Rendra Santana,  Saeful Bachri, Setiyono Wibowo, , Tjutju Widjaja, Trisna Batara, Warli Haryana, dan Yandi Manusia Emas. 

Pameran  yang dibuka oleh Dr. Buky Wibawa Karya Guna., M.Si ( Buki Wikagoe- anggota DPRD Jawa Barat),  merupakan hasil kerjasama  antara Grand Hotel Preanger, UMKM Kota Bandung, serta para Seniman 3 Generasi Perupa Bandung, dan Jaswita Jabar.

 

Warli Haryana, selaku Kurator Pameran dan juga peserta pameran menjelaskan, pameran bersama ini  merupakan program yang terangkai sebagai penanda awal tahun yang dapat dijadikan artefak berkesenian yang menyemangati kebersamaan untuk menandai tahun baru.

Hal ini agar tidak terlena dalam kerinduan yang tak terbalas, akibat kemandegan gagasan dan kekaryaan yang tidak dimulai dari adanya ruang rupa sebagai wadah komunitas seni yang memadai.

“ Bahasa asyiknya,  tentunya seniman jangan lupa untuk NGOPI,   seniman perlu untuk ngobrolin pemikiran seni dari histori dulu, kini dan masa depan. Disitulah mungkin letaknya nikmat minum kopi jika oleh kita dibumbui dengan imajinasi dan gagasan seni untuk negeri, “demikian kata Warli.

Baca Juga: Fakta Unik dari 'Pameran “MANIFESTO VIII: TRANSPOSISI' Hadirkan 108 Karya Perupa Indonesia di Galeri Nasional

Prakstisi seni yang  kini menjabat Ketua Prodi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Pendidikan Seni dan Desain (FPSD)  UPI Bandung, lebih jauh menjelaskan Tiga Generasi Perupa Bandung hadir dalam Ekspresi Rupa yang menghadirkan keberagaman artistik dari tiga generasi perupa.

Pameran ini mengeksplorasi perbedaan dan kesamaan dalam gaya lukisan, pengalaman, serta latar belakang mereka.

Lintas generasi ini dapat sebagai connectivity in art erat hubungannya merawat keberlangsungan seni, dalam artian ruang seni nampaknya diperlukan konektifitas lintas generasi.

Upaya ini agar dapat dijadikan sebuah ruang-ruang yang menjadi pemikiran bersama dalam memasuki dunia seni yang saat ini dipenuhi dengan ragam warna, bentuk, dan konsep. Sehingga pentingnya suatu kebersamaan dalam memperdalam pemahaman tentang perkembangan seni rupa Indonesia. 

 

Tiga generasi Perupa yang berpartisipasi pada pameran kali ini mewakili sebagian kecil perupa Bandung yang tumbuh dari komunitas tradisi berbeda baik dari aspek teknis dan filsafati yang mengalir.

Sehingga tidak heran jika karya-karya setiap seniman mengetengahkan kosarupa yang khas dengan dirinya, tanpa kehilangan ciri lukis masing-masing perupa sebagai penanda waktu ke waktu yang dapat memperkaya khazanah seni lukis di Bandung khususnya dan Indonesia pada umumnya.

Sekilas jika diamati, karya-karya perupa Bandung ini mengusung tema-tema yang memiliki sarat makna dan budaya di antaranya; Kesatu, ada yang mencerminkan fondasi seni rupa Indonesia, menangkap semangat dan semarak yang muncul pada awal perjalanan seni modern di negeri ini yang memberikan landasan kuat bagi perkembangan seni rupa Indonesia.

Baca Juga: Indonesian Women Artists #3: Infusions Into Contemporary Art Tampilkan Karya Perupa Senior, Siapa Saja Ya?

Kedua, nampak ada nuansa eksplorasi yang lebih mendalam dalam seni rupa, memecahkan batasan konvensional dan menciptakan identitas yang unik dalam karya-karya mereka.

Ketiga, terasa ada semangat inovatif dan pandangan masa depan, mencerminkan tantangan dan peluang zaman ini, untuk menyampaikan pesan-pesan yang relevan dalam konteks kehidupan modern. Dengan latar belakang pendidikan yang beragam, seniman-seniman ini menghadirkan wawasan yang mendalam dan refleksi tentang identitas seni rupa Indonesia di tengah perubahan zaman.

Karya ini dapat ditelisik dari contoh karya Trisna Batara, dalam judul karyanya ILALANG, ini sebagai hasil observasi selama tiga bulan di sekitar hutan kota Bandung Baksil sebagai paru-paru kota.

 

Dengan karya mix medianya selain cat acrylic ia mengolah daun, ranting dan akar kayu yang semakin melimpah sebagai kepedulian terhadap hutan kita yang kian kritis.

Kemudian karya Warli Haryana, yang menandai tentang TIGA PILAR KEHIDUPAN dengan teknik mix media – cat acrylic, karyanya memaknai sebuah kehidupan bahwa hidup itu harus memilih 3 pilar penting untuk menemukan jalan masa depan.

Dengan semangat juang disertai keyakinan diri dan doa. Hakikatnya roda kehidupan kita dapat melalui jalan keikhlasan, niat suci dan tujuan hidup yang membawa manfaat.

Baca Juga: Prof. Setiawan Sabana: Nenek Moyangku Bukan Hanya Pelaut, tapi Juga Perupa, Ini Buktinya

Karya-karya budaya pun dapat disuguhkan di sini, diantararanya karya Supriyatna, yang mengangkat tentang KETIKA KESUCIAN SINTA DI RAGUKAN.

Adakah sang perupa sedang mempresentasikan dalam makna simbolik bahwa kesetiaan dan loyalitas harga diri seorang wanita sangat diagungkan, sehingga sebuah kesucian masih menjadi harga mati bagi aturan hidup yang berlaku.

Tak lupa akan makna budaya karya Heri Heriana yang berjudul NGAREBAB dengan media cat minyak di atas kanvas, memiliki makna tentang Sikap bijak dan mengayomi harus dimiliki oleh seorang pemimpin.

 

Jangan egois karena merasa diri lebih berpengalaman atau lebh pintar, karena sejatinya keberagaman itu indah. Seperti memainkan alat musik rebab yang mampu menyelaraskan cengkok dari nada baik interpretasi nada gamelan, suara sinden maupun suara laki-laki.

Tokoh-tokoh perupa lainnya seperti Basuki Bawono, yang tetap eksis berkiprah dalam pergulatan karya seninya sebagai Generasi babad alas salah satu tokoh pelukis Bandung yang tak diragukan lagi melukiskan tentang EAGLE CHARM.

Kemudian pelukis Taat Joeda yang konsisten menggarap kekaryaannya dengan penuh makna dan simbolik akan karya abstraknya. Kemudian pelukis Jatnika Darajatun yang memberikan judul Hole in One (My Boss). Pelukis Yandi Manusia Emas, judul karyanya Move On. Tjutju Widjaja, dengan karyanya berjudul Shufa.***

 

Editor: Sarnapi

Tags

Terkini

Terpopuler