Sejarah Penggunaan dan Efek Bahaya Gas Air Mata, Faktor yang Diduga Jadi Penyebab Tragedi Kanjuruhan Malang

- 4 Oktober 2022, 18:29 WIB
Sejarah penggunaan gas air mata yang diduga sebagai penyebab tragedi Stadion Kanjuruhan Malang
Sejarah penggunaan gas air mata yang diduga sebagai penyebab tragedi Stadion Kanjuruhan Malang /@antarafoto

JURNAL SOREANG - Tumpahnya korban jiwa yang sangat banyak dalam tagedi di Stadion Kanjuruhan Malang akan selalu menjadi sesuatu yang mengenaskan.

Atas kerciuhan yang menewaskan ratusan suproter ini, tim khusus dibentuk secara khusus guna mengusut tuntas tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang pada 1 Oktober 2022 itu.

Meski ada banyak rumor berseliweran mengenai apa penyebab utama tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang, tetapi banyak yang menyalahkan penggunaan gas air mata yang ditembakkan ke arah tribun.

Baca Juga: Prediksi Chelsea vs AC Milan di Liga Champions, Simak Head to Head, Link Streaming dan Susunan Pemain

Hal itu menjadi perdebatan karena dalam regulasi Safe an Security FIFA disebutkan bahwa membawa dan menggunakan senjata gas air mata di dalam stadion tidak diperbolehkan.

Sebab, sejatinya pula gas air mata merupakan senjata yang digunakan kepolisian untuk melakukan pembubaran massa seperti saat demo.

Lantas, bagaimana sejarah penggunaan gas air mata sehingga kini menjadi salah satu elemen yang sangat lekat dengan aparat keamanan?

Baca Juga: Kondisi Terkini Lesti Kejora Usai Dibanting dan Dicekik Rizky Billar, Polisi: Ada Pergeseran Tulang Leher

Dilansir dari dnvb, gas air mata pertama kali digunakan dalam sejarah adalah pada saat Perang Dunia I.

Namun sejak itu, gas air mata tidak diaktifkan lagi sebagai senjata peperangan karena efeknya yang short-term dan tidak melumpuhkan.

Atas hal itulah akhirnya gas air mata hanya dipakai jajaran polisi guna sebagai "senjata" pembubaran massa.

Baca Juga: Tak Jera Bikin Tayangan Kontroversial, Ini Daftar Konten Baim Wong yang Pernah Bermasalah

Pada awal tahun 1920-an, perusahaan komersial mulai memasarkan dan melakukan display produk gas air mata di beberapa kantor kepolisian Amerika Serikat.

Pertengahan 1920-an gas air mata mulai "lazim" berada di kantor-kantor kepolisan sebagai slah satu alat untuk mengantisipasi kejahatan atau kerusuhan.

Bahkan jelang satu dasawarsa kemudian, gas air mata mulai dipergunakan untuk merepresi gerakan buruh di Eropa.

Baca Juga: Heboh! Lee Min Ho Ikut Belasungkawa atas Tragedi Kanjuruhan, Netizen: Makasih Perhatiannya Oppa

Namun yang jadi pertanyaan, mengapa gas air mata bisa menelan korban jika efeknya hanya short-term dan tidak melumpuhkan seperti yang disebutkan di atas?

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencagahan Penyakit Pemerintah Amerika Serikat, gas air mata dapat membunuh sesorang akibat gagal napas jika ditembakan di ruang tertutup, atau di ruang dengan sirkulasi udara rendah.

Riset ini pernah terbukti dengan seorang narapidana di Brooklyn, Amerika Serikat, yang meninggal setelah disemprot cairan merica yang memiliki efek sama seperti gas air mata.

Baca Juga: Gercep! 2 Pekan Ungkap 11 Kasus, Polresta Bandung Ringkus 17 Tersangka dan Sita Ganja Hingga Ribuan Pil Trihex

Lebih jauh, efek gas air mata juga dapat membuat seseorang merasa seperti "tercekik" dan terus mengalami batuk, di mana kondisi tersebut bisa menciptakan kepanikan.

Dokter konsultan Prancis menyebut, tidak ada yang lebih membuat panik daripada sensasi tercekik itu.

Sebanyak 1.300 ahli medis bahkan pernah menandatangani petisi agar polisi berhenti menggunakan gas air mata atau senjata sejenis.

Baca Juga: Ngeri ! Akibat dibanting Rizky Billar di Kamar Mandi , Lesti Kejora Mengalami Pergeseran Tulang Leher

Hal itu digerakkan dengan alasan dapat meningkatkan risiko virus dan peluang kemungkinan gas tersebut salah sasaran, terutama jika terkena anak-anak yang masih rentan.

Tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang seolah mengulang peristiwa mengenaskan dalam sejarah sepak bola dunia di Estadio Nacional, Peru pada 1964.

Kala itu, sebanyak 328 dialporkan merengang nyawa setelah terjadi kericuhan begitu besar di dalam stadion.

Baca Juga: Ratusan Nyawa Melayang Akibat Tragedi Kanjuruhan, Apa yang Harus Dilakukan Saat Terkena Gas Air Mata?

Polanya hampir serupa: penonton turun ke lapangan, situasi tidak terkendali, gas air mata mulai ditembakan, pintu keluar tertutup, massa mulai kehabisan oksigen dan terinjak-injak.

Tragedi Kanjuruhan Malang telah tercatat sebagai yang terbanyak kedua setelah insiden di Peru itu.

Dalam laporan yang resmi dikeluarkan kepolisian, jumlah korban adalah 125, akan tetapi banyak sumber yang melaporkan bahwa jumlah korban sebenarnya lebih dari itu.
***

 

Editor: Wildan Apriadi

Sumber: Instagram


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x