Semua kesedihan jauh dari keluarga itu tentu sudah menjadi risiko bagi seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Brunei Darussalam baik negara lainnya.
“Tapi dari situ ada juga yang menyemangati, di rumah sudah ada yang ngurus anak saudara, jadi disini kita harus fokus kerja, cari duit, kirim duit kalaupun sakit bisa buat berobat di rumah, kalau kita pulang pun duit gak ada malah tambah bikin susah lagi,” tambah Raden.
Meskipun sempat merasa berat harus berjauhan dengan keluarga apalagi jika sedang dalam keadaan sakit, TKI Brunei Darussalam itu mengatakan bahwa ia tetap harus fokus bekerja untuk keluarganya.
“Memang sekarang tuh bener, seorang TKI atau pekerja migran itu lebih dibilang lebih mudah, lebih senang itu benar ya, karna adanya kecanggihan elektronik modern sekarang ini, internet telpon bisa langsung vc liat mukanya gini gini ya,” ucapnya.
Baca Juga: Calon TKI Taiwan Wajib Tahu Begini Cara Memperkenalkan Diri dalam Bahasa Mandarin
Selain itu, Raden mengatakan bahwa dengan kemudahan teknologi saat ini, ia lebih mudah berkomunikasi dengan keluarganya yang ada di Tanah Air.
Sehingga, meskipun tidak bisa mendampingi keluarga yang tengah sakit, TKI Brunei Darussalam itu tetap bisa melihat kondisi dan berkomunikasi melalui video call.
Meski harus berjauhan dengan keluarga dan menahan rindu, Raden diketahui hingga saat ini masih tetap bertahan bekerja menjadi seorang sopir pribadi di Brunei Darussalam.***