Risiko Kerja di Luar Negeri, Begini Curhatan Sedih TKI Brunei Darussalam yang Ungkapkan Titik Terendahnya

- 5 Agustus 2022, 20:22 WIB
Risiko Kerja di Luar Negeri, Begini Curhatan Sedih Seorang TKI Brunei Darussalam, Ungkapkan Titik Terendahnya Jauh Dari Keluarga
Risiko Kerja di Luar Negeri, Begini Curhatan Sedih Seorang TKI Brunei Darussalam, Ungkapkan Titik Terendahnya Jauh Dari Keluarga /Pixabay

JURNAL SOREANG - Salah satu tantangan terbesar bagi seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di negara manapun adalah jauh dari keluarga yang ada di Tanah Air.

Tidak dapat dipungkiri bahwa jauh dari keluarga demi mengadu nasib menjadi seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri adalah salah satu kesulitan dan risiko yang harus dihadapi para pekerja.

Pasalnya, dalam jangka waktu yang cukup lama, para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) harus rela dan ikhlas berjauhan dengan keluarga untuk mencari nafkah.

Seperti halnya yang dialami oleh Raden Sasongko seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Brunei Darussalam yang juga mengalami pengalaman serupa.

Baca Juga: 7 Makanan untuk Merawat Aroma Miss V Tetap Harum, Bikin Pede dan Buat Suami Makin Puas Saat Hubungan Intim

Ia diketahui bekerja menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sebagai sopir pribadi di negara Brunei Darussalam. Melalui unggahan di kanal YouTubenya, ia membagikan curhatan sedih yang ia rasakan selama bekerja di sana.

Dilansir dari kanal YouTube Raden Sasongko Brunei, begini curhatan sedih Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja menjadi sopir pribadi di Brunei Darussalam itu.

“Ya pertama yang dirasakan seorang TKI seperti saya ini ya khususnya, apa yang aku rasa lah jangan semua TKI.

Apa yang aku rasa sebagai pekerja migran di titik terendah itu yaitu ketika aku merasakan kangen terhadap orang tua ya,” kata Raden, dikutip JurnalSoreang.Pikiran-Rakyat.com dari kanal YouTubenya pada 5 Agustus 2022.

Baca Juga: 3 Manfaat Bercinta di Pagi Hari bagi Pasutri, Bisa Rasakan Kenikmatan Lebih? Begini Penjelasan Dokter

Melalui unggahan di kanal YouTubenya itu, Raden mengungkapkan titik terendah apa yang ia rasakan selama bekerja menjadi seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Brunei Darussalam.

Salah satu hal yang cukup membuatnya sedih saat bekerja di Brunei Darussalam adalah harus berjauhan dengan orang tua, tentu hal itu membuatnya rindu.

“Kangen terhadap orang tua apalagi dengar orang tua itu sakit gitu, langsung wah sedih rasanya gak bisa nemenin saat orangtua sakit, gak bisa merawat saat orang tua sakit, itu pikirannya sudah langsung galau sedih, rasanya tuh pengen ngilang pengen balik gitu,” kata TKI itu.

Terlebih, jika mendengar kabar orang tua tengah sakit, hal itu juga tentu membuat Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sedih, karena pada saat yang sama tidak dapat menemani orang tua di kampung halaman.

Baca Juga: Kenali 10 Tanda dan Gejala-Gejala Awal Kehamilan Istri Mengandung Bayi, Pasturi Wajib Tau!

“Dan apalagi kalau dikabarin anak, anak khusus yang sudah punya anak, dikabarin anak di kampung itu lagi sakit gitu misalnya. Pengen balik pengen balik gitu rasanya,” kata Raden.

Selain itu, Raden juga mengatakan jika biasanya, kabar anaknya yang sakit juga cukup membuatnya sedih, bahkan ia mengungkapkan dirinya kerap ingin pulang ke Tanah Air jika mendengar kabar menyedihkan tersebut.

“Dan puncak titik terendah tuh jika orang yang selalu kita sayang dan perjuangkan itu yaitu pasangan kita, seorang istri kalo bagiku, itu diberi kabar kalau istri sakit gitu, waduh puyengnya puyengnya kepala tuh minta ampun,” ungkapnya.

Baca Juga: Sudah Diet dan Olahraga Teratur tapi Perut Masih Buncit? 4 Hal Ini Bisa Jadi Penyebabnya

Semua kesedihan jauh dari keluarga itu tentu sudah menjadi risiko bagi seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Brunei Darussalam baik negara lainnya.

“Tapi dari situ ada juga yang menyemangati, di rumah sudah ada yang ngurus anak saudara, jadi disini kita harus fokus kerja, cari duit, kirim duit kalaupun sakit bisa buat berobat di rumah, kalau kita pulang pun duit gak ada malah tambah bikin susah lagi,” tambah Raden.

Meskipun sempat merasa berat harus berjauhan dengan keluarga apalagi jika sedang dalam keadaan sakit, TKI Brunei Darussalam itu mengatakan bahwa ia tetap harus fokus bekerja untuk keluarganya.

“Memang sekarang tuh bener, seorang TKI atau pekerja migran itu lebih dibilang lebih mudah, lebih senang itu benar ya, karna adanya kecanggihan elektronik modern sekarang ini, internet telpon bisa langsung vc liat mukanya gini gini ya,” ucapnya.

Baca Juga: Calon TKI Taiwan Wajib Tahu Begini Cara Memperkenalkan Diri dalam Bahasa Mandarin

Selain itu, Raden mengatakan bahwa dengan kemudahan teknologi saat ini, ia lebih mudah berkomunikasi dengan keluarganya yang ada di Tanah Air.

Sehingga, meskipun tidak bisa mendampingi keluarga yang tengah sakit, TKI Brunei Darussalam itu tetap bisa melihat kondisi dan berkomunikasi melalui video call.

Meski harus berjauhan dengan keluarga dan menahan rindu, Raden diketahui hingga saat ini masih tetap bertahan bekerja menjadi seorang sopir pribadi di Brunei Darussalam.***

Editor: Kinanti Putri Rudiana

Sumber: YouTube


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x