JURNAL SOREANG - Dalam sejarah kehidupan pra-modern dan perbudakan, nasib dan keberadaan kaum wanita hanya berada di level kelas dua.
Sebelum adanya gerakan emansipasi, kaum wanita kerap terpinggirkan karena dianggap tak memiliki hak yang setara dengan laki-laki dalam segala hal.
Kehidupan kaum wanita pada masa itu seperti sejarah kelam. Bagaimana tidak, saking "tak berharganya" seorang perempuan, mereka bahkan kerap mengalami perlakuan keji.
Pada zaman Yunani kuno, martabat perempuan sungguh sangat rendah. Perempuan hanya dipandang sebagai alat dan pembantu rumah tangga serta pelepas nafsu seksual.
Bahkan pada zaman itu pula, sangat umum bagi orang tua untuk membawa bayi perempuan yang baru lahir untuk menelantarkannya di hutan hingga tewas!
Hal yang sama terjadi pada masa Romawi dan Mesir Kuno. Di keluarga miskin, terutama, mereka menganggap bahwa kehadiran anak perempuan hanya akan menjadi beban, maka dengan itu membunuh anak perempuan sudah lazim terjadi.
Di Eropa sekitar tahun 586 M, agamawan di Perancis masih mendiskusikan apakah perempuan boleh menyembah Tuhan atau tidak?
Apakah mereka juga dapat masuk ke surga? Diskusi-diskusi itu berakhir dengan kesimpulan bahwa perempuan memiliki jiwa, tapi tidak kekal dan dia bertugas hanya untuk melayani lelaki dan bebas diperjualbelikan.