JURNAL SOREANG - Diktator Libya Muammar Gaddafi yang memerintah negara itu dari tahun 1969 dengan kontrol yang ketat. Dengan ide Pan-Arabisme dia menjadikan Libya sebagai negara berbasis Nasionalis, Sosialis, dan Islamis.
Dia tidak segan bertindak respresif bagi siapapun yang tidak sejalan dengan aturan yang dia terapkan.
Terlepas dari sosoknya yang cenderung mendukung gerakan-gerakan separatis di dunia. Ternyata Gaddafi memiliki putra yang menjadi atlit sepak bola dan sudah merasakan liga top Eropa.
Baca Juga: Resmi Dibentuk, Holding BUMN Pariwisata Indonesia, tapi Perusahaan Ini Kok Tak Masuk Ya
Al-Saadi Gaddafi merupakan putra ketiga dari Sang Diktator Libya Muammar Gaddafi. Tidak sama dengan putra-putra diktator lainnya, Saadi lebih tertarik menjadi seorang atlit dunia sepak bola.
Dengan kekuasan ayahnya itu, Saadi bisa langsung menjadi pemain profesional di usia 27 tahun pada tahun 2000 dan pernah bermain bersama dua tim ibu kota, AL-Ahly dan Al-Ittihad.
Yang lebih menariknya lagi, Saadi memerintahkan komentator agar menyebutkan namanya saja dalam pertandingan dan tidak boleh menyebutkan nama pemain lainnya.
Liga Libya seakan sudah kehilangan kualitasnya, karena aturan yang diterapkan Saadi harus selalu dilakukan, seakan liga Libya menjadi tempat bermain untuk nya.
Baca Juga: Spoiler Serial Hawkeye Episode 5 Part 4: Kembalinya Sosok Ronin! Sadis Tapi Kali Ini Punya Nurani
Karena aturan itu, Saadi menjadi superstar bak Cristiano Ronaldo, meski skil yang dia miliki sangat biasa saja.