Sementara itu angka tidak resminya jauh lebih tinggi yakni 300.000 ladyboy, jumlah ini tentunya jauh di atas jumlah rata-rata transgender di sebagian besar belahan
dunia lainnya.
Di sisi lain, Thailand menciptakan lingkungan opini publik yang sehat bagi mereka yang memiliki orientasi seksual berbeda. Mereka dapat menikmati kebebasan
berekspresi.
Baca Juga: Dipastikan Absen Bela Persib Karena Gabung Timnas, Beckam Doakan Kesuksesan Persib
3. Sejarah Ladyboy di Thailand
Ladyboy Thailand pertama dikatakan hadir pada abad ke-14. Pada saat itu, orang Thailand mulai mengidentifikasi apa yang sekarang dikenal sebagai ladyboy.
4. Buddhisme Thailand membantu memahami transeksual di Thailand
Kitab suci Buddhis pertama juga menyebutkan 3 jenis kelamin: pria, wanita, dan kathoey. Jadi, agama secara resmi mengizinkan adanya jenis kelamin ketiga. Ajaran
Buddhis juga menyatakan bahwa keadaan yang kita jalani saat ini adalah produk dari cara kita menjalani kehidupan kita sebelumnya.
Konsep lain di balik kathoey adalah akibat dari karma – khususnya kathoey lahir sebagai konsekuensi dari beberapa pelanggaran seksual dalam kehidupan atau kehidupan
sebelumnya atau bahwa mereka gagal memenuhi peran yang diharapkan dalam proses reproduksi, seperti pria yang tidak merawat seorang wanita yang dikandung olehnya.
Apa pun alasannya, penting untuk dicatat bahwa kepercayaan umum mengatakan tidak ada jalan keluar dari konsekuensi karma, setiap orang pernah menjadi kathoey di
kehidupan sebelumnya dan akan kembali lagi di kehidupan mendatang, oleh karena itu kathoey harus diperlakukan dengan belas kasih.
Baca Juga: Tajir Melintir, Begini Gaya Hidup Permaisuri Brunei Darussalam, Istri Sultan Hassanal Bolkiah