Network
JURNAL SOREANG - Brunei Darussalam dikenal sebagai negeri petrodollar karena memiliki banyak sumber daya minyak dan gas.
Bahkan, Brunei Darussalam menjadikan minyak dan gas menjadi prioritas dalam pendapatan nasionalnya.
Disebutkan bahwa penjualan minyak bumi Brunei Darussalam menyumbang sampai 92% dari total pendapatan negara tersebut.
Baca Juga: Kisah WNI Jadi Chef di Brunei Darussalam, Kerja 10 Jam Per Hari, Segini Gajinya
Sebagaimana dilansir Jurnal Soreang pada laman website worldometers.info, total produksi harian minyak Brunei mencapai 121.034 barel perhari.
Keterangan tersebut berdasarkan data pada tahun 2016 dan menempati urutan keempat puluh lima dunia.
Hampir sebagian besar dari produksi minyak tersebut, diekspor Brunei ke luar negeri, terutama Jepang.
Baca Juga: Bingung Habiskan Uang, Raja Brunei Sultan Hassanal Bolkiah Bagikan Emas ke Warga
Selain itu, pada data tahun 2016, cadangan minyak Brunei mencapai 1,1 miliar barel dan menduduki posisi ketiga puluh sembilan dunia.
Meski begitu, ternyata produksi minyak bumi negara yang dipimpin Sultan Hassanal Bolkiah ini masih kalah jauh dibanding Indonesia.
Indonesia menurut data tahun 2016, mampu memproduksi minyak mencapai 9 ribu barel perharinya.
Baca Juga: Catat! Berikut 5 Rekomendasi Film Romantis India, Bisa jadi Tontonan di Rumah
Produksi minyak yang dilakukan Indonesia itu menduduki posisi kedua puluh dua dunia, berada jauh di atas Brunei.
Disamping produksi minyak Indonesia di atas Brunei, ternyata cadangan minyak yang ada di negara kita pun jauh lebih banyak daripada negara tersebut.
Hingga tahun 2016, cadangan minyak Indonesia mencapai 3,6 miliar barel dan menduduki posisi dua puluh tujuh dunia.
Baca Juga: Meniru Pola Asuh Anak dari Keluarga Jepang
Berbanding lurus dengan jumlah konsumsi minyak Indonesia yang mencapai 1,6 juta barel dalam perharinya.
Sementara Brunei Darussalam hanya mengonsumsi minyak dalam seharinya hanya mencapai 16 ribu barel.
Dengan begitu, meski Brunei memproduksi minyak dan cadangannya tidak sebesar Indonesia, tetapi masih mampu untuk mencukupi kebutuhan akan minyak ratusan tahun ke depan.
Berbeda dengan Indonesia, walaupun dengan cadangan minyak yang besar, tetapi hanya akan tersisa dalam beberapa tahun ke depan.***
