5 Negara yang Terlilit Hutang Luar Negeri dan Tak Bisa Bayar, Ada Yunani Hingga Zimbabwe

- 20 Agustus 2021, 20:06 WIB
Ilustrasi hutang. Berikut 5 Negara yang Terlilit Utang Luar Negeri dan Kesulitan Membayar, Ada Yunani Hingga Lebanon
Ilustrasi hutang. Berikut 5 Negara yang Terlilit Utang Luar Negeri dan Kesulitan Membayar, Ada Yunani Hingga Lebanon /PIXABAY/Gerd Altmann

JURNAL SOREANG - Utang dalam skala negara merupakan hal yang wajar, terlebih jika digunakan untuk meningkatkan produktivitas di negaranya, selama dalam tingkat yang wajar.⁣

Namun, beberapa negara yang punya utang justru tidak mampu bayar utangnya dan dinyatakan bangkrut.

Ada yang disebabkan oleh inflasi berlebih, ketergantungan pada sumber daya tertentu saja, ataupun konflik berkepanjangan yang membuat negara akhirnya tidak produktif.⁣

Baca Juga: Ribuan Kartu Vaksinasi Covid Palsu dari China Disita Lembaga Perlindungan Budaya dan Perbatasan AS

Negara apa sajakah itu? Dilansir Jurnal Soreang dari akun Instagram @ngomonginuang, berikut 5 negara yang terlilit utang luar negeri dan kesulitan membayar:

1. Yunani

Yunani jatuh seiring krisis moneter tahun 2008 yang memaksanya berutang besar.

Padahal sektor produktif Yunani yang terbesar adalah pariwisata, yang mana sektor tersebut mengalami kejatuhan terparah ketika krisis berlangsung.

Baca Juga: Tidak Pernah Berperang di Afghanistan, Taliban Sambut China dalam Hal Ini

Pada tahun 2008-2009, diketahui seluruh Eropa mengalami kontraksi keuangan dan tentu berwisata adalah hal terakhir yang terpikirkan.

Hal tersebut berdampak pada sektor pariwisata di Yunani. Angka pengangguran di sana meningkat dari 10 persen di tahun 2004, menjadi 25 persen di 2014.

Pada 2015, Yunani gagal membayar utang luar negeri sebesar 360 miliar dolar AS (sekitar Rp5,2 kuadriliun).

2. Somalia

Baca Juga: 7 Negara dengan Bisnis Prostitusi Terbesar di Dunia, Ada China, Jepang dan India

Somalia merupakan negara penting dalam rute perdagangan benua Afrika sebelum abad ke-19.

Diketahui Pada 1991, terjadi perang sipil di antara kelompok bersenjata yang ingin menguasai Somalia.

Perang saudara yang berkepanjangan, minimnya sumber daya alam, serta curah hujan yang rendah membuat Somalia perlahan-lahan menjadi negara yang bangkrut.

Somalia berutang sebesar 3,7 miliar dolar AS (sekira Rp53,4 triliun) kepada IMF.

Baca Juga: Dikuasai Taliban, Menlu China Ungkapkan Dunia Harus Mendukung Afganistan Bukan Menekannya

Kini, Somalia malah dikenal (dicap) buruk dengan perompak bajak laut yang meneror Teluk Aden.

3. Nauru

Nauru menjadi salah satu negara paling makmur di dunia pada 1980-an, karena sumber daya alamnya yang berkualitas tinggi yaitu Fosfat.

Tetapi memasuki 1990, tambang fosfat di Nauru habis dan 80 persen pulau utama Nauru rusak parah, sehingga tidak bisa digunakan kembali untuk pertanian.

Baca Juga: 21 Tokoh yang Dinobatkan sebagai Pahlawan Transportasi Dunia 2021, Ada Nama Anies Baswedan

Di 2002, Nauru bangkrut karena tidak dapat membayar utang luar negeri kepada Australia sebesar 239 juta AUD (Rp2,5 triliun).

4. Zimbabwe

Zimbabwe diketahui merupakan salah satu negara penghasil komoditas tembakau terbesar di dunia selain China, Indonesia dan India.

Namun karena pemerintahan yang korup, kekeringan panjang, penyakit kolera dan hiperinflasi karena pencetakan uang membuat tingkat inflasi di sana meroket hingga 79 miliar persen.

Baca Juga: Perang di Afghanistan Jadi Termahal Sepanjang Sejarah Amerika Serikat, Berlangsung Selama 20 Tahun

Bahkan, harga 3 butir telur di Zimbabwe pernah mencapai nilai 100 miliar dollar Zimbabwe.

Zimbabwe menjadi negara yang gagal membayar utang luar negeri pada 2008, dengan besaran hutang senilai 4,5 miliar dolar AS (sekitar Rp65 triliun).

5. Lebanon

Pada Agustus 2020 lalu, ledakan besar mengguncang pelabuhan di Beirut yang merupakan ibu kota negara Lebanon.

Baca Juga: Korban Tewas dalam Kudeta Myanmar Capai 1.000 Orang, Otoritas Militer Sebut Data AAPP Dibesar-besarkan

Tapi sebelumnya pada Maret 2020, Lebanon terlebih dahulu menyatakan bangkrut karena tidak dapat melunasi utang luar negeri sebesar 92 miliar dolar AS (sekitar Rp1,3 kuadriliun).

Padahal pada awal 1970an, Lebanon merupakan negara yang berkembang pesat di kawasan Timur Tengah karena pariwisata.***

Editor: Sarnapi

Sumber: Instagram @ngomonginuang


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah