Selain itu, KBRI juga mempunyai program kursus jarak jauh, khusus tiga mata pelajaran, yakni Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, serta Bahasa Indonesia.
Ketiga mapel tersebut merupakan mapel wajib di Indonesia dan mencirikan jati diri WNI. Jadi, WNI yang tinggal di sini juga harus belajar itu," tutur Yusli di depan jamaah mesjid At-Taqwa.
Selanjutnya, Dubes Heri juga berdialog dengan tokoh-tokoh agama dan komunitas masyarakat Sahabat Indonesia di Oarai, Ibaraki.
Tokoh-tokoh yang hadir di antaranya Ketua Umat Katolik Oarai, Kiki Sinaulan, Pendeta Cynthia Rambitan dari Gereja Masehi Injil di Jepang (GMIJ) Betlehem, Pendeta Petra Rau dari Gereja Masehi Injil di Minahasa (GMIM) Nazareth Oarai dan tokoh masyarakat, Jhony Galag.
Dalam perbincangan yang hangat dan penuh keakraban di Bunaken Cafe Ibaraki, Dubes Heri menyampaikan apresiasi atas perhatian dari para tokoh masyarakat dalam upaya perlindungan WNI di Jepang yang juga merupakan prioritas KBRI Tokyo.
"Terima kasih atas perhatian dan solidaritas yang diberikan bagi sesama WNI. Tetap patuhi aturan yang berlaku, jaga protokol kesehatan dan terus lakukan kerja sama dan koordinasi dengan KBRI Tokyo serta jaga nama baik Indonesia," tegas Dubes Heri.
Menutup kunjungannya ke Ibaraki, Dubes Heri berdialog dengan masyarakat Bali yang tergabung dalam Asosiasi Orang Bali di Ibaraki (Asobi).
Baca Juga: Keutamaannya Besar, Ini Puasa yang Dianjurkan Sebelum Hari Raya Idul Adha
Topik pembicaraan yang diangkat seputar pemberdayaan masyarakat dan pengembangan PKBM. Dalam dialog tersebut, sebagian besar anggota Asobi berharap agar PKBM yang didirikan mendapatkan bantuan peralatan komputer dari Kemendikbudristek melalui Atdikbud Tokyo.***