Network
JURNAL SOREANG - Pengeras suara dimatikan Kepolisian Israel ketika umat Islam Palestina sedang menunaikan salat Isya dan Tarawih di hari pertama Ramadan tahun ini.
Pihak Kepresidenan Palestina mengecam hal ini melalui juru bicaranya, Nabil Abu Rudeineh menyebut langkah mematikan pengeras suara masjid ini sebagai kejahatan rasis.
"Serangan rasis terhadap kesucian tempat-tempat suci dan kebebasan beribadah dan pelanggaran berat terhadap konvensi hak asasi manusia internasional yang dilakukan oleh polisi Israel," katanya dikutip dari Kantor Berita Palestina Wafa, Kamis, 15 April 2021.
Baca Juga: Ngeri! Kelompok Kriminal Bersenjata Tembak Mati Seorang Tukang Ojek di Kabupaten Puncak
Baca Juga: Tindak Lanjut Qanun, Lembaga Keuangan Resmi Tutup Seluruh Operasional Perbankan BRI di Banda Aceh
Rudeineh meminta Israel sepenuhnya bertanggung jawab atas konsekuensi apabila kebijakan agresif Israel itu bisa mengubah konflik negara menjadi perang agama tanpa akhir yang akan merusak perdamaian dan keamanan internasional.
Rudeineh juga meminta komunitas internasional untuk mengambil tindakan serius dalam mengendalikan agresi Israel yang sedang berlangsung di tempat-tempat suci Islam dan Kristen di Yerusalem.
Sebelumnya, pengeras suara masjid saat sekitar 10 ribu warga Palestina yang telah divaksinasi penuh melakukan salat pada hari pertama Ramadan itu dengan sengaja dimatikan Polisi Israel
Mereka mendobrak menara al-Magharba dan al-Asbat lalu naik ke atap minareta dan menggeledahnya, selanjutnya Kepolisian Israel memutus kabel listrik ke pengeras suara dan melepas pintu menara Bab al-Asbat,.
Selain itu, Kepolisian Israel juga mencegah distribusi makanan buka puasa kepada jamaah di dekat Bab al-Asbat, dan menyerang jemaah yang meninggalkan Masjid Al-Aqsa setelah salat Tarawih.***
