JURNAL SOREANG - Seorang pekerja kontraktor tewas dalam serangan roket kepada pasukan pimpinan AS di Irak utara, Senin, 15 Februari 2021.
Akibat serangan ini juga, anggota layanan AS mengalami luka.
Rentetan roket tersebut menghantam lokasi dekat Bandara Internasional Erbil. Dimana pangkalan udara militer ini diduduki oleh koalisi pimpinan AS.
Berdasarkan salsi keamanan Kurdi, ada tiga roket yang menghantam sekitar bandara. Serangan yang disinyalir menargetkan penduduk Amerika di Irak membuat Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken marah.
Baca Juga: Besok Rabu 18 Februari Akan Dilaksanakan Vaksinasi Tahap II, Ada Efek Samping? Lakukan langkah Ini
Korban yang tewas bukanlah orang Amerika. Koalisi AS juga menyebutkan ada lima kontraktor lain yang terluka.
Para pekerja kontraktor tersebut merupakan orang-orang yang bekerja untuk koalisi dan instalasi AS termasuk kedutaan besar di Baghdad.
Belum diketahui serangan yang terjadi berasal dari kelompok mana, menurut beberapa pejabat Irak mereka memiliki hubungan dengan Iran.
Baca Juga: Erdogan Marah Besar dan Tuduh Amerika Serikat Berpihak pada Teroris
Kelompok bersenjata yang bersekutu dengan Iran di Irak dan Yaman telah melancarkan serangan terhadap AS dan sekutu Arabnya dalam beberapa pekan terakhir.
Serangan tersebut seperti dilansirkan jurnalpresisi.com dalam artikelnya "Serangan Roket Irak Menghantam Pasukan AS, Menewaskan Pekerja Kontraktor" dari Reuters termasuk serangan pesawat tak berawak yang terjadi di bandara Saudi dan serangan roket yang terjadi di kedutaan AS di Baghdad.
Meskipun sebagian besar insiden tidak menimbulkan korban, tetapi serangan tersebut menimbulkan tekanan kepada pasukan AS dan sekutu AS di wilayah tersebut.
Pemerintahan Biden juga masih mempertimbangkan kembalinya kesepakatan nuklir Iran yang ditinggalkan pendahulunya yaitu Donald Trump pada tahun 2018 yang bertujuan mengekang program nuklir Iran.
Perancis sebagai sekutu AS mengatakan bahwa setiap negosiasi baru harus menyertakan Arab Saudi sebagai musuh regional utama Iran.
Diketahui bahwa Iran menegaskan bahwa pihaknya hanya akan kembali mematuhi kesepakatan 2015 jika Washington mencabut sanksi yang melumpuhkan pihaknya.*** (St Syarifatul Mar'ah/jurnalpresisi.com)