“Oke, opaku sayang.” Jawabku sambil kucium dan peluk opa.
“Pintar, cucuku. Lihatlah apa yang ingin opa ceritakan padamu” sembari memberi arsip lawasnya.
“Wow... apa ini opaku?,” tanyaku penasaran.
“Cucuku, simaklah seksama dongengku ini pasti menarik bagimu, kau siap nak?”
“Siap, Opaku!”.
Bumi Pasundan bagaikan Eropa
Opa kemudian bergegas mengapa bangsa Belanda menyukai Bumi Pasundan.
“Seorang Belanda bernama Mr. Brouwer yang sempat tinggal di Bandung mengatakan: “Bumi Pasundan diciptakan ketika Tuhan sedang tersenyum” karena sungguh mempesona dan indahnya Bumi Parahyangan (Priangan) ini, dimana lereng Pegunungan yang mengelilingi kota Bandung akan panorama alamnya, turut menawarkan kesejukan udara, kolam air panas alami, air terjun dan suasana dataran tinggi yang elok sehingga orang-orang Eropa merasa nyaman tinggal disini, lalu mereka menjulukinya: “Europa in de Troupen”.
Selain itu, julukan “Parijs van Java”, “Geneve van Java”, “Montpeiller of Java”, dan “Swiss van Java” untuk kota-kota yang ada di wilayah Karesidenan Priangan ini diilustrasikan akan kesejukan, keindahan, kedamaian, dan keasrian kota-kotanya seperti di Eropa.
Masyarakat Sunda di Priangan menjadi salah satu wakil dari budaya timur yang saat itu mampu menghadirkan fantastica budaya timur bagi dunia barat, sehingga mengundang para pelancong asing untuk berkunjung dan mengagumi budaya timur, khususnya Sunda kala itu.“
BERSAMBUNG ***