Seniman Gambus juga Tak Bisa Manggung Akibat Pandemi

3 November 2020, 12:33 WIB
Grup gambus Radwa yang digawangi guru SMP Assalaam yang kini terdampak pandemi /SMP Assalaam/

JURNAL SOREANG- Bukan perkara mudah bagi seorang guru untuk aktif di musik khas Timur Tengah yakni gambus. Karena gambus masih identik dengan musik pinggiran dan desa-desa untuk kalangan menengah ke bawah.

"Saya sendiri ingin membawa musik gambus ini ke tingkat yang elite dengan tampil di hotel-hotel, instansi pemerintah maupun bank dengan penikmat kalangan menengah atas," kata Rana Satriana (43) saat ditemui di SMP Assalaam Jln. Sasak gantung, Kota Bandung, 3 November 2020.

Dia menambahkan, gambus Radwa dirintis tahun 2008 dengan nama gambus Assalaam dengan personel para guru Assalaam.

Baca Juga: Peringatan Dini BMKG !!! Sejumlah Wilayah di Jawa Barat Dilanda Hujan Disertai Petir

"Para guru yang senang musik berkolaborasi dengan para musisi gambus di Bandung. Dari gambus Assalaam ini lalu membentuk grup Radwa pada tahun 2018," ujar guru olahraga SMP Assalaam.

Nama Radwa, kata Rana, berasal dari Bahasa Ibrani bermakna memberikan kepuasan atau hiburan kepada masyarakat.

"Saat ini hanya dua guru Assalaam yang aktif di Radwa yakni saya dan Gun Gun Supriatna sebagai vokalis. Sisanya adalah musisi dan seniman Kota Bandung yang masuk terkenal," katanya.

Baca Juga: Memprihatinkan, Sebanyak 204.608 KK di Jawa Barat Belum Nikmati Listrik

Dia mencontohkan vokalis sekelas Yusuf Nebraz dan Salim Jidan Elmighwar yang sudah dikenal di Jawa Barat.

"Untuk membangun grup musik memang susah agar langgeng karena biasanya bubar di tengah jalan. Apalagi kadang namanya seniman susah diajak disiplin latihan maupun manggung, padahal kalau ada terlambat saat manggung akan membuat tak bisa tampil," katanya yang sering tampil di televisi nasional.

Nah, soal honor juga awalnya kecil sekitar Rp 100.000/orang lalu kini mulai naik "kesejahteraannya" minimal Rp 300.000/orang untuk tampil di hajatan.

Baca Juga: Cucun, Tidak Ada Hak Istimewa Bagi Pengendara Moge

"Kadang memang ada penikmat musik yang memberikan saweran, tapi saweran ini tak tentu ada sehingga tak terlalu berharap," ujarnya.

Radwa juga merambah medsos seperti YouTube dengan subscriber sudah mencapai 2.000 orang.

"Tapi YouTube juga gak bisa diandalkan sebagai penghasilan karena meski susah mendatangkan pemasukan juga relatif kecil," katanya.

Baca Juga: Arab Saudi Berlakukan Swab Ulang kepada Jemaah Umrah Indonesia

Apalagi saat pandemi sejak Maret lalu sehingga banyak pesanan manggung yang dibatalkan meski panitia sudah memberikan uang muka.

"Pandemi membuat seniman amat susah hidupnya karena Radwa saja hanya tampil sekali dari Maret sampai Oktober ini," katanya.***

Editor: Sarnapi

Tags

Terkini

Terpopuler