JURNAL SOREANG - Perayaan Cap Go Meh menjadi penanda berakhirnya Tahun Baru Imlek. Biasanya perayan tersebut dirayakan pada 15 hari setelah Imlek.
Perayaan Cap Go Meh yang merupakan simbol dari serangkaian perayaan Imlek yang telah berakhir ini, maka berakhir pula mengenai hal-hal yang telah dianggap tabu.
Masyarakat keturunan Tionghoa, setelah berakhirnya perayaan Cap Go Meh bebas melakukan sesuatu yang dianggap tabu.
Baca Juga: Sedang Merindukan Kekasih? Inilah Kumpulan Geguritan Karya JFX Hoery yang Cocok Menemani Anda
Dikutip Jurnal Soreang dari berbagai sumber, berikut fakta Cap Go Meh.
- Cap Go Meh Menjadi Penanda Berakhirnya Imlek
Dalam kepercayaan etnis Tionghoa, masing-masing hari sebelum Cap Go Meh punya makna tersendiri. Hari pertama merupakan momen terpenting.
Mereka akan kumpul bersama untuk saling mengucapkan selamat tahun baru sambil membagikan angpao.
Hari ke-5 misalnya, terdapat festival Po Wu yang diyakini sebagai ulang tahun Dewa Keberuntungan.
Baca Juga: Hasil Grup A Beregu Putra Kejuaraan Bulutangkis Beregu Asia 2022 (BATC), Indonesia Tekuk Hongkong!
Kebanyakan orang akan mengadakan jamuan besar dan menyalakan petasan. Mereka juga membuka pintu atau jendela sebagai isyarat menyambut Dewa.
Sebisa mungkin mereka akan menarik perhatian Dewa Keberuntungan, sehingga memastikan kebaikan dan keberuntungan di masa depan.
Hari ke-9, dalam kepercayaan Tionghoa dan Taoisme, menjadi momen penting untuk merayakan ulang tahun Kaisar Giok atau Yu Huang Da Di.
Mereka adalah sosok penting yang menjadi penguasa surga dan semua alam lain di bawahnya.
Dalam merayakannya, mereka akan mengorbankan hewan sebagai bentuk penghormatan, yakni ayam, babi, dan ikan.
Pada hari ke-15 yang menjadi hari penutupan euforia Tahun Baru Imlek. Umumnya, mereka akan merayakannya dengan festival lampion.
- Hanya Populer di Indonesia
Baca Juga: Bikin Ngiler, Inilah Resep Lontong Cap Go Meh ala Chef Yongki Gunawan yang Dapat Anda Buat di Rumah
Setiap negara punya nama tersendiri dalam memaknai hari ke-15 setelah Imlek.
Tiongkok menyebutnya dengan perayaan Yuan Xiao atau Shang Yuan. Di Barat disebut dengan Lantern Festival. Beberapa daerah menyebutnya dengan hari kasih sayang.
Di Indonesia sendiri, kita menyebutnya dengan perayaan Cap Go Meh. Secara harfiah, nama ini berasal dari dialek Hokkian cap berarti 10, go berarti 5, dan meh berarti malam.
- Bisa Melanggar hal yang Dianggap Tabu
Dalam 15 hari merayakan Imlek, orang Tionghoa harus menjaga diri untuk tidak melakukan hal tabu. Misalnya berkata kotor, membeli buku, membeli sepatu, menangis,menjahit, makan bubur, dan sebagainya.
Bukan tanpa alasan beberapa hal tersebut dilarang. Misalnya makan bubur yang dianggap menghalangi rezeki dan mendatangkan kemiskinan.
Terakhir, menangis dilarang karena melambangkan kesedihan dan hukuman. Hal ini perlu dihindari, khususnya anak-anak. Mereka harus benar-benar menjaga perilakunya supaya tidak membuat seseorang menangis.
- Singkawang Jadi Pusat Perayaan Cap Go Meh di Indonesia
Di Tiongkok, perayan Cap Go Meh terdapat parade lampion yang sangat indah dan menawan. Di Indonesia memang ada, tapi tidak semeriah di sana. Namun, kita masih bisa melihat perayaan Cap Go Meh terbaik versi Indonesia di Singkawang, Kalimantan Barat.
Pawai Tatung menjadi tujuan wisatawan berbondong-bondong hadir di Singkawang. Tatung merupakan orang-orang pilihan yang dimasuki roh baik.
Kemudian, mereka akan berkeliling sambil melukai badannya sendiri. Hal ini merupakan ritual untuk tolak bala dan mengusir roh jahat.
Selain pawai Tatung, ada pula replika naga, barongsai, dan festival lampion di dalamnya.***