Studi yang dipublikasikan British Medical Journal ini menyebut 81 persen partisipan yang ngevape, setidaknya dalam sebulan ke belakang, rentan mengalami mengi. Kelompok ini juga berpeluang lebih besar untuk mengalami bronkitis atau gejala seperti bronkitis.
Beberapa contoh gejala seperti bronkitis adalah batuk berdahak dan hidung tersumbat tanpa pilek atau hanya batuk yang bisa berlangsung selama tiga bulan.
Baca Juga: Riset : Kesehatan Mental Bisa Terganggu Akibat Polusi Udara
Studi ini juga menemukan bahwa partisipan yang menggunakan vape, setidaknya dalam satu bulan ke belakang, memiliki risiko 78 persen lebih tinggi untuk mengalami sesak napas. Angka ini dinilai sangat besar dan cukup mengkhawatirkan.
"(Studi makin memperkuat bukti) rokok elektrik menyebabkan gejala-gejala pernapasan yang mengindikasikan perlunya pertimbangan regulasi mengenai rokok elektrik," ungkap peneliti Dr Alanya Tackett seperti dilansir dari laman Express, Senin (21/8/2023).
Tackett menyebut regulasi yang berlaku saat ini tampak menyepelekan efek dari rokok elektrik atau vape terhadap kesehatan. Padahal, ada beragam studi yang sudah menyoroti penggunaan vape dapat menimbulkan masalah pada gigi, paru-paru, hingga daya ingat.
Baca Juga: Riset : Minuman Manis Beresiko Tinggi Kena Kanker Hati untuk Wanita