Mendiamkan Seseorang Agar Dia Sadar Merupakan Salah Satu Bentuk Tindak Kekerasan Psikologis

- 12 Agustus 2023, 16:16 WIB
Ilustrasi bentuk tindak mendiamkan seseorang atau dikenal dengan silent treatment. Pexels/Timur Weber
Ilustrasi bentuk tindak mendiamkan seseorang atau dikenal dengan silent treatment. Pexels/Timur Weber /

 

JURNAL SOREANG - Dalam hubungan antar manusia, terkadang tindakan-tindakan yang tampaknya tidak berbahaya secara fisik dapat memiliki dampak psikologis yang serius. Salah satu bentuk perilaku ini adalah "silent treatment" atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai "mendiamkan seseorang."

Meskipun tidak melibatkan tindakan fisik atau kekerasan langsung, silent treatment memiliki potensi untuk merugikan dan menyakiti seseorang secara emosional.

Silent treatment adalah tindakan diam terhadap seseorang sebagai bentuk ekspresi kemarahan, ketidaksetujuan, atau frustrasi.

Baca Juga: Trader Pemula wajib simak! 3 Tips Sukses Trading di MIFX dengan Modal Kecil agar Profitabel, dan Minim Loss!

Sikap ini melibatkan mengabaikan seseorang secara sengaja, menolak berbicara, atau memberikan respon minimal terhadap komunikasi dari orang tersebut.

Tujuan utamanya adalah membuat orang yang menjadi target silent treatment merasa bersalah, rendah diri, atau tidak berharga.

Meskipun silent treatment tidak melibatkan tindakan fisik, dampaknya dapat sangat merugikan secara emosional.

Orang yang mengalami silent treatment seringkali merasa tidak dihargai dan tidak diperhatikan. Rasa frustasi dan kebingungan mungkin muncul karena mereka tidak tahu apa yang salah atau bagaimana memperbaikinya.

Baca Juga: Permintaan Global Capai Angka 103 Juta Barel per Hari, Harga Minyak Akan Terus Naik?

Perasaan seperti ini dapat merusak kepercayaan diri dan mengganggu kesejahteraan psikologis seseorang.

Lalu yang menjadi pertanyaan adalah apakah silent treatment bisa dianggap sebagai bentuk kekerasan?

Beberapa berpendapat bahwa meskipun silent treatment tidak melibatkan tindakan fisik, dampak psikologisnya dapat sebanding dengan bentuk kekerasan lainnya, seperti pelecehan verbal atau emosional.

Dalam situasi di mana seseorang sengaja menggunakan silent treatment untuk mengontrol, melukai, atau mengintimidasi orang lain, perilaku ini bisa dianggap sebagai bentuk kekerasan psikologis.

Baca Juga: VIRAL! Pengemis Ludahi Kaca Mobil di Stopan Pasir Koja karena Tak Diberi Uang, Netizen: Selalu Aja

Silent treatment juga dapat digunakan sebagai bentuk manipulasi dan pengendalian. Ketika seseorang memanfaatkannya untuk mempengaruhi perasaan orang lain, ini dapat menciptakan masalah dalam hubungan.

Oleh karena itu sebagai alternatif untuk silent treatment, komunikasi terbuka dan jujur merupakan kunci untuk menyelesaikan konflik dan masalah dalam hubungan.

Mengungkapkan perasaan, mendengarkan dengan empati, dan mencari pemahaman bersama dapat membantu menghindari pertikaian yang merugikan.

Jika seseorang merasa kesulitan dalam mengungkapkan perasaan atau memahami orang lain, mencari bantuan dari profesional kesehatan mental atau konselor dapat memberikan panduan yang berharga.

Baca Juga: Shin Tae-Yong Minta Piala AFF U-23 Berhenti Dimainkan, Berikut Alasan Pelatih Nasional Asal Korea Itu

Secara keseluruhan, meskipun silent treatment mungkin tidak selalu dianggap sebagai bentuk kekerasan dalam arti fisik yang langsung, tetapi dampak psikologisnya merugikan sehingga tetap patut dipertimbangkan dengan serius.

Sebagai masyarakat yang semakin sadar akan pentingnya kesejahteraan emosional dan mental, penting bagi kita untuk lebih memahami dan mengenali dampak dari perilaku seperti silent treatment, serta mencari cara-cara yang sehat untuk mengatasi konflik dan menjaga hubungan yang positif. ***

 

 

Ikuti terus dan share informasi Anda di media sosial Google News Jurnal SoreangFB Page Jurnal SoreangYouTube Jurnal SoreangInstagram @jurnal.soreang, dan TikTok @jurnalsoreang

 

Editor: Josa Tambunan

Sumber: PsychCentral


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x