-EPA (The Environmental Protection Agency) merekomendasikan batas maksimum kadar EG di dalam air minum sebanyak 20 ppm (part per million) dalam sehari, atau 6 ppm per hari selama 10 hari berturut-turut.
KASUS KITA
Jika BPOM mencurigai bahwa solubility enhancer propilenglikol atau gliserol yang banyak digunakan untuk sirup parasetamol adalah sumber masalah, maka:
- Farmakope Indonesia atau kitab suci para Apoteker di industri farmasi mensyaratkan bahwa kandungan EG dan DEGnya maksimum 0,1%.
-BPOM bisa meminta seluruh industri farmasi yang memproduksi sirup obat dengan penambahan propilenglikol: CoA, Certificate of Analysis atau sertifikat yang mencantumkan berapa kadar EG dan DEG dari produsennya.
-Jika ada CoA maka seluruh produk sirup buatan pabrik tersebut harus dinyatakan bebas dari masalah gagal ginjal pada anak
- Jika tidak ada CoA maka barulah BPOM yang melakukan pemeriksaan sendiri.
Gejala awal keracunan EG atau DEG:
- Muntah, nyeri perut, diare, sakit kepala dan demam
- Cedera ginjal yang parah yang ditandai dengan tidak bisa mengeluarkan air seni (tidak berkemih).
Pada bayi dan balita di Gambia gejala itu muncul 3 – 5 hari setelah mereka diberi sirup yang bermasalah itu.
Sebagian penyebab gagal ginjal yang sudah diidentifikasi di Jakarta:
-Infeksi bakteri, virus atau parasit lain, atau
-Efek jangka panjang infeksi Covid (long Covid) atau lebih dikenal sebagai MISC = Multiorgan Inflammatory Syndrome in Children).***