Belum ada bukti konklusif tentang apa pemicunya, tetapi ketika plasma memasuki Miss V wanita yang terkena, antibodinya (sistem pertahanan alami seseorang) akan mengikat jaringan dinding Miss V dan menciptakan reaksi alergi di dalam tubuh.
Seolah-olah sistem pertahanan tubuh salah mengira protein sperma sebagai benda asing yang menyerang.
Begitu wanita mulai menghasilkan antibodi terhadap plasma, alergi akan berkembang dalam tiga tahap.
Seperti reaksi alergi terhadap penisilin, alergi sperma semakin parah setiap kali wanita terkena penisilin.
Reaksi alergi sulit diprediksi dalam seberapa cepat atau seberapa parahnya jika terjadi kontak berulang selama aktivitas hubungan intim.
Untuk beberapa pasien, penggunaan kondom bisa menjadi jawabannya, kecuali jika mereka memiliki alergi tambahan terhadap lateks, dalam hal ini kondom harus dihindari.
Alergi seks bisa sangat membuat frustasi bagi beberapa pasangan dan bisa membuat hubungan intim menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan.
Plus, itu menambah tingkat ketegangan ekstra bagi pasangan yang ingin hamil, karena hamil tidak dapat terjadi melalui hubungan intim dengan penggunaan kondom.
***