Umur Manusia Sesungguhnya ditentukan oleh Bentuk Wajah, Begini Hasil Penelitian Ilmuwan Jing-Dong Jackie Han

9 Februari 2023, 17:15 WIB
Ilustrasi Umur Manusia ditentukan oleh Bentuk Wajah /Dok. Natgeo/

JURNAL SOREANG - Sebuah gambar bernilai seribu kata. Namun jika gambar itu adalah gambar 3D wajah dengan presisi tinggi, mungkin perlu dilakukan seribu tes darah juga. Hal itu disebabkan pipi gemuk dan kantung mata bukan hanya pertanda usia yang dimana akhirnya wajah tidak sedap dipandang. Namun ini juga bagian dari cerminan kesehatan kita.

Menggunakan sistem kamera 3D dan kecerdasan buatan, Jing-Dong Jackie Han, seorang peneliti di Universitas Peking, telah mengembangkan sistem yang dapat menentukan usia fisiologis seseorang. Peta panas dengan warna merah (nilai lebih tinggi di sepanjang sumbu x, y, dan z) dan biru (lebih rendah) ini menunjukkan hasil penelitiannya mengenai bagaimana rata-rata wajah wanita Han China berubah seiring bertambahnya usia. Usia fisiologis dapat berbeda dari usia kronologis sebanyak 7,5 tahun (rata-rata outlier 5% teratas).

Para ilmuwan telah mengetahui selama beberapa dekade bahwa usia kronologis, yang berhubungan dengan angka yang dapat diperoleh dari setiap ulang tahun itu tidak menceritakan keseluruhan cerita mengenai umur manusia sebenarnya.

Baca Juga: Korban Arisan Incess Buka Suara Perihal Kerugian, Pertanyakan Bagaimana Jika Uang Tidak Kembali?

Apa yang disebut usia biologis kita, dipengaruhi oleh segala sesuatu mulai dari lingkungan kita hingga kebiasaan makan dan olahraga. Hal ini sebetulnya mencerminkan kesehatan sel dan organ kita dan dapat berbeda dari usia kronologis selama bertahun-tahun. Namun tidak seperti melacak waktu kita hidup, usia biologis lebih rumit untuk ditentukan.

Sekarang Jing-Dong (Jackie) Han dan rekannya telah mengembangkan proses berbasis AI, yang disebut sebagai jam penuaan wajah, yang mengambil gambar 3D wajah seseorang dan menghitung usia biologis mereka.

Terinspirasi oleh praktik Tiongkok berusia berabad-abad, dimana para praktisi mengetahui kesehatan seseorang dengan "membaca" wajah mereka, JingDong Jackie Han, seorang ahli biologi komputasi di Universitas Peking, dan timnya melakukan penelitian dengan menganalisis gambar wajah 3D dari sekitar 5.000 penduduk Jidong, Cina.

Baca Juga: Catat! 5 Manfaat Mengkonsumsi Cokelat Hitam bagi Kesehatan, Salah Satunya Mampu Mencegah Penyakit Jantung

Para peneliti menciptakan dua jam turunan AI, dimana satu yang memprediksi usia kronologis dan satu lagi yang memprediksi usia biologis. Jam penuaan wajah ini melacak perubahan yang dialami wajah kita seiring waktu, seperti sudut mata terkulai, hidung melebar, rahang kendur, dan jarak antara hidung dan mulut bertambah. Dan karakteristik wajah tertentu diketahui selaras dengan penyakit tertentu. Peradangan sistemik, misalnya, muncul pada kulit yang kendur.

Menurut Andre Esteva, pendiri dan CEO perusahaan rintisan AI medis di Los Altos, California, karya Han memiliki potensi untuk meningkatkan pengobatan pencegahan.

“Jika Anda dapat mengambil foto dan mendapatkan kembali usia biologis Anda, itu benar-benar dapat mempengaruhi gaya hidup Anda.” Ujar Andre.

Baca Juga: Mau Hutang Lunas dan Rezeki Lancar? Mbah Moen: Baca Doa Ini 100 Kali Selepas Sholat, Amalan dari Baginda Nabi!

Dengan alat ini, dokter juga dapat melacak dan mengelola perawatan pasien yang menjalani perawatan berat yang dikenal dengan usia dini, seperti kemoterapi. Dan itu memiliki potensi untuk membantu penelitian tentang penuaan juga.

“Kami telah mendapatkan begitu banyak permintaan dari perusahaan yang menginginkan alat kami untuk menilai suplemen atau kemanjuran obat anti penuaan mereka,” Ucap Han.

Model AI memerlukan contoh dimana jawaban yang benar, atau "kebenaran dasar", sudah diketahui untuk mempelajari cara melihatnya di data baru. Misalnya, wajah yang dipasangkan dengan usia subjek. Jadi, titik potensial yang akan muncul tidak ada standar emas untuk usia biologis.

Baca Juga: Masih Bersaudara Dengan Chairil Anwar, Siapa Sosok Ruhana Kudus? Wartawati Pertama di Indonesia

“Konsep usia biologis lebih merupakan istilah umum untuk semua hal multisistemik yang terjadi seiring bertambahnya usia,” jelas Christopher Bell, yang mempelajari hubungan antara usia dan penyakit kronis di University of London.

Dari pemendekan telomere kita, atau penutup yang menjaga kromosom kita dari penurunan, hingga penurunan mitokondria kita, dan juga melemahnya sistem kekebalan kita, memilih satu penanda penuaan saja merupakan tantangan.

Jam pertama untuk mengukur penuaan didasarkan pada perubahan pola kelompok metil, dengan penanda kimia yang ditambahkan ke DNA yang menghidupkan dan mematikan gen. Mesin metilasi DNA yang mengatur aktivitas gen ini memburuk seiring berjalannya waktu. Pola kerusakan ini pada area mana dalam genom kita yang terpengaruh. Kemudian dapat memberi tahu kita seberapa cepat sel dan jaringan kita mana yang menua. Jam lain yang menilai usia didasarkan pada distribusi protein dalam darah atau berapa kali sel punca membelah.

 Baca Juga: Tinggal Klik! Inilah 30 Link Twibbon Valentine 2023, Cocok untuk Merayakan Hari Kasih Sayang

Jam Penuaan Wajah

Han memutuskan pada tahun 2016 bahwa dia ingin menggunakan ukuran lain mengenai usia yang dirasakan, atau seberapa tua penampilan satu orang bagi orang lain. Dia terinspirasi oleh studi tahun 2009 dimana para sukarelawan menilai usia dan kesehatan anak kembar dalam sebuah foto, diikuti dengan evaluasi medis terhadap subjek tujuh tahun kemudian.

Para peneliti tersebut menemukan bahwa pasangan kembar yang tampak lebih tua lebih lemah, mengalami gangguan kognitif, dan cenderung meninggal dibandingkan dengan saudara kandung mereka yang tampak lebih muda. Jelas, pikir Han, usia biologis, yang diproksikan dengan penampilan, berkorelasi kuat dengan kesehatan. Kelompoknya telah memasukkan gambar wajah 3D dalam penelitian yang diterbitkan pada tahun 2015, dimana mereka menemukan bahwa fitur wajah dapat memprediksi usia kronologis dalam model statistik yang dikembangkan menggunakan 300 subjek dari Beijing.

Pada saat itu, dia telah menyelidiki penanda, atau tanda tangan, dalam darah dan memastikan hubungannya dengan usia. Pada saat ketika dia pun menyadari bahwa Akademi Ilmu Pengetahuan China-Max Planck Society Partner Institute for Computational Biology, tempat dimana dia bekerja, ternyata memiliki wajah 3D Imager. Dia berpikir, sebab mereka memiliki imager ini, mereka harus membawanya pada saat mereka mengumpulkan sampel darah dan menggunakannya untuk membandingkan apa yang diungkapkan wajah tentang penuaan versus apa yang diungkapkan oleh penanda darah.

Baca Juga: Lengkap Sudah! Berikut Profil 7 Anggota BABYMONSTER, Apa Saja Kemampuannya?

Pada tahun 2016, dia memiliki akses ke kelompok yang lebih besar, sekitar 5.000 orang dari kota Jidong, dan teknik AI yang lebih kuat. Dengan kecakapan pengolah data AI, Han dapat mereplikasi persepsi manusia tentang bagaimana usia biologis terwujud di wajah seseorang. Untuk meminimalkan fluktuasi dari satu pengamatan, dalam studi baru Han, usia biologis setiap subjek dinilai secara independen oleh lima sukarelawan dan berfungsi sebagai "kebenaran dasar" untuk melatih AI.

Mesin AI, yang sebetulnya juga belajar dari dan meningkatkan pengamatan manusia ini, kini mulai akurat. Rata-rata, prediksinya menyimpang dari usia sebenarnya sekitar tiga tahun untuk model usia kronologis dan persepsi. Dalam penelitian Han, orang-orang yang terlihat tiga tahun lebih tua dari tanggal pada akta kelahiran mereka disebut sebagai orang yang cepat tua. Sementara orang yang lamban tampak lebih dari tiga tahun lebih muda.

Perbedaan antara usia yang diprediksi dan yang sebenarnya dapat dikorelasikan dengan berbagai parameter kesehatan, kata Han. Dan menurut Han, outlier ini paling banyak mengajari kita tentang bagaimana kita menua.

Baca Juga: Tanggapan Aisha Maharani Terkait Child Free yang Dilontarkan Gita Savitri, Didukung Warganet, Ini Masalahnya

Untuk mengeksplorasi hubungan antara penampilan, usia, dan faktor mendasar yang mempengaruhi kesehatan, Han mengumpulkan sampel darah dan mensurvei kebiasaan subjek penelitian. Misalnya, merokok, mendengkur, dan kadar kolesterol total yang tinggi dalam darah. Hal tersebut seringkali merupakan karakteristik dari orang yang cepat menua, sedangkan konsumsi yogurt, waktu makan yang teratur, dan kepadatan mineral tulang yang lebih tinggi merupakan ciri umum dari orang yang menua dengan lambat.

Usia paruh baya, ketika individu berusia 40-an dan awal 50-an, tampaknya merupakan periode ketika perbedaan antara orang yang cepat dan lambat menjadi lebih terlihat. Beberapa orang mungkin terlihat sangat tua meskipun baru berusia 40 tahun. Sementara yang lain berusia 55 tahun namun masih terlihat sangat muda. Menurut Han, variabilitas ini berarti intervensi untuk menerapkan kebiasaan yang lebih sehat dapat membuat perbedaan yang signifikan dalam jendela peluang ini.

Han dan kolaboratornya juga membangun model tambahan untuk memeriksa mekanisme molekuler yang mendasari dibalik penuaan dan mencocokkannya dengan fitur wajah orang cepat tua melalui jam turunan AI. Seperti, mereka mengembangkan jam yang mengidentifikasi gen aktif dalam darah dari individu yang tampak lebih tua, lalu mencocokkannya dengan fitur wajah individu yang sama.

Baca Juga: Rajab 2023: Apa Itu Isra Miraj? Simak Peristiwa Perjalanan Rasulullah hingga Terima Perintah Sholat 5 Waktu

Untuk prediksi yang tumpang tindih, peneliti dapat memastikan gen mana yang disebabkannya jalur molekuler, yang diaktifkan untuk wajah yang lebih tua dibandingkan dengan wajah yang lebih muda.

“Penuaan yang dipercepat sangat terkait dengan infeksi dan peradangan," yang bermanifestasi di wajah sebagai penyempitan dahi saat kulit mengendur, Ujar Han.

Di sisi lain, LDL tinggi dan kadar kolesterol total dalam darah menyebabkan pipi gemuk dan kantung di bawah mata.

 Baca Juga: Healing! Ingin Jalan-Jalan ke Lokasi Wisata Bernuasa Alam di Bandung Selatan, Berikut Lokasinya

Aplikasi Teknologi

Penelitian penuaan telah menjadi arus utama, namun salah satu masalah lapangan selalu: Kami tidak tahu persis apa itu usia biologis, juga tidak ada cara obyektif untuk mendefinisikannya secara kuantitatif. Menurut Ruibao Ren, seorang dokter dan ilmuwan di International Center for Aging and Cancer di Hainan Medical University di China, mengatakan penelitian Han, serta pekerjaan yang sedang berlangsung di laboratorium lain, telah membuat langkah besar untuk mempersempit kesenjangan informasi ini.

“Hanya bisa mengukur penuaan sudah merupakan lompatan besar dan teknologi Dr. Han ini sudah digunakan di rumah sakit tempatnya bekerja di Hainan. Ini akan memainkan peran penting dalam studi penuaan,” Ujar Ren.

Perusahaan farmasi dapat menggunakan alat tersebut untuk menilai obat yang meningkatkan umur panjang atau memperlambat penuaan, misalnya. Dan sebagai ahli onkologi, Ren berharap dengan adanya jam wajah, ia dapat mendiagnosis pasien kanker saat penyakitnya masih dalam tahap awal. Disebabkan kanker sangat berkorelasi dengan usia, jika seseorang menunjukkan tanda-tanda penuaan yang dipercepat, dokter dapat lebih proaktif dalam melakukan skrining.

Baca Juga: Pandemi Usai: Zoom PHK 1.300 Pekerja, Dampak Pertemuan Online Kian Merosot

“Penuaan mungkin merupakan akar dari 80 persen penyakit,” Ucap Ren.

Dokter juga dapat memasukkan usia biologis sebagai salah satu panel tes yang termasuk dalam pemeriksaan fisik tahunan Anda seperti tes kolesterol atau pengukuran tekanan darah.

“Itu bisa berupa peringatan yang menanyakan tentang bagaimana kabarmu dengan mengelola kesehatanmu?” Lanjut Ren.

Dan tidak seperti jam lain yang membutuhkan sampel darah atau jaringan dan analisis mahal untuk diterapkan, jam wajah relatif ekonomis dan non-invasif, mengharuskan pasien untuk duduk hanya satu menit di depan kamera pencitraan 3D.***

 

 

Ikuti terus dan share informasi Anda di media sosial Google News Jurnal SoreangFB Page Jurnal SoreangYouTube Jurnal SoreangInstagram @jurnal.soreang, dan TikTok @jurnalsoreang

Editor: Josa Tambunan

Sumber: National Geographic

Tags

Terkini

Terpopuler