Orang yang Bangun Pagi Memiliki Risiko Terkena Diabetes dan Penyakit Jantung Lebih Rendah, Begini Penjelasanya

22 September 2022, 14:26 WIB
Ilustrasi, Orang yang Bangun Pagi Memiliki Risiko Terkena Diabetes dan Penyakit Jantung Lebih Rendah, Begini Penjelasanya /Freepik/

JURNAL SOREANG - Bangun pagi hari ternyata banyak memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh.

Untuk itu maka memperbaiki kualitas tidur merupakan hal penting agar bisa beraktifitas di pagi hari.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Experimental Physiology menyoroti bahwa orang dengan kronotipe atau waktu tidur awal menggunakan lebih banyak lemak saat istirahat dan berolahraga dan menunjukkan lebih banyak kepekaan terhadap insulin. 

Baca Juga: 9 Dampak Seks Bebas Bagi Kesehatan Fisik, Nomor 7 Efek Mengerikan dari Hubungan Intim

Mereka tetap lebih aktif secara fisik sepanjang hari dan memiliki risiko lebih rendah terkena diabetes tipe 2.

Kronotipe mengacu pada preferensi fisiologis individu untuk aktif dan waspada selama periode yang berbeda dalam sehari. 

Hal ini dapat mempengaruhi siklus bangun tidur seseorang, aktivitas fisik, kewaspadaan, nafsu makan, dan suhu inti tubuh.

Kronotipe awal (early risers) lebih suka bangun dan memulai aktivitas sehari-hari di pagi hari. 

Baca Juga: Revolusioner! Teknologi Robot dan Wasit Wanita Akan Diterapkan FIFA di Piala Dunia 2022 Qatar?

Mereka cenderung memiliki risiko penyakit kardiovaskular dan metabolisme yang lebih rendah. Sebaliknya, kronotipe terlambat (late risers) begadang maka akan cenderung mengalami gangguan metabolisme energi dan risiko resistensi insulin yang lebih tinggi.

Dalam para ilmuwan telah mengevaluasi dinamika metabolisme energi antara kronotipe awal dan akhir selama istirahat dan olahraga.

Penelitian dilakukan kepada 51 orang dewasa dengan sindrom metabolik. Mereka dikategorikan sebagai kronotipe awal atau kronotipe akhir  berdasarkan tanggapan mereka terhadap kuesioner di pagi dan malam hari.

Preferensi metabolisme energi para peserta dinilai dengan mengizinkan mereka melakukan latihan intensitas sedang hingga tinggi di atas treadmill.

Baca Juga: Eva Celia Genap 30 Tahun, Sophia Latjuba Ucapkan Ulang Tahun dan Tulis ini Untuk sang Anak

Baik istirahat dan latihan oksidasi karbohidrat dan lemak ditentukan untuk mengukur preferensi bahan bakar energi.

Selain itu, detak jantung dan peringkat pengerahan tenaga yang dirasakan dinilai. Pola aktivitas fisik, komposisi tubuh, dan sensitivitas insulin untuk pembuangan glukosa non-oksidatif juga ditentukan.

Analisis parameter metabolik mengungkapkan bahwa kronotipe awal memiliki VO2maks lebih tinggi ( penggunaan oksigen maksimum selama latihan) dan pembuangan glukosa non oksidatif daripada kronotipe akhir.

Dari penelitian menunjukan banyak keadaan darurat kardiovaskular disebabkan oleh hipertensi yang tidak terkontrol dengan baik, Pasien dengan penyakit autoimun berisiko lebih besar mengalami komplikasi setelah serangan jantung.

Baca Juga: Revolusioner! Teknologi Robot dan Wasit Wanita Akan Diterapkan FIFA di Piala Dunia 2022 Qatar?

Kehati-hatian ekstra diperlukan saat menyaring remaja yang depresi dengan diabetes tipe 1.

Tingkat aktivitas fisik lebih tinggi di antara kronotipe awal. Mereka lebih aktif di pagi dan siang hari dibandingkan dengan kronotipe terlambat.

Pada kondisi istirahat, kronotipe awal menunjukkan oksidasi lemak yang lebih tinggi daripada kronotipe akhir. Selama latihan intensitas sedang dan tinggi, kedua kelompok menunjukkan peningkatan oksidasi karbohidrat. Namun, kronotipe awal mempertahankan tingkat oksidasi lemak yang lebih tinggi selama semua kondisi olahraga.

Selama olahraga sedang, pemanfaatan oksigen maksimum berkorelasi signifikan dengan oksidasi lemak dan fleksibilitas metabolisme (preferensi karbohidrat atau lemak). Korelasi yang signifikan juga diamati antara indeks massa tubuh (BMI) dan perilaku  di sore hari.

Baca Juga: Jadwal Lengkap UEFA Nations League 2022 Pekan ini: Ada Big Match Italia VS Inggris dan Polandia VS Belanda

Baik berat badan dan sensitivitas insulin secara signifikan berkorelasi dengan aktivitas fisik ringan. Khususnya, korelasi yang signifikan diamati antara oksidasi lemak dan pembuangan glukosa non-oksidatif selama latihan intensitas tinggi.

Studi ini mengungkapkan bahwa kronotipe awal dengan sindrom metabolik menggunakan lebih banyak lemak selama istirahat dan olahraga daripada rekan kronotipe akhir mereka. Aktivitas metabolisme pada kronotipe awal ini tidak bergantung pada tingkat kebugaran fisik dan aktivitas fisik ringan per hari.

Kronotipe awal juga memiliki sensitivitas insulin yang lebih tinggi daripada kronotipe akhir, sehingga mengurangi kerentanannya terhadap diabetes tipe 2.

Mereka tetap kurang bergerak sepanjang hari dan melakukan lebih banyak aktivitas fisik di pagi dan siang hari, yang selanjutnya membantu meningkatkan sensitivitas insulin metabolik.   

Baca Juga: Wanita Indonesia Rata-Rata Hilang Keperawanan di Usia 19 Tahun, Benarkah Seks Bebas Penyebabnya?

Meskipun kronotipe awal dan akhir dapat menggeser preferensi bahan bakar ke oksidasi karbohidrat selama latihan, kronotipe akhir lebih memilih karbohidrat daripada lemak sebagai sumber energi.

Seperti disebutkan oleh para ilmuwan, variasi dalam pola siklus tidur-bangun dan ritme sirkadian (jam tubuh internal) dapat bertanggung jawab atas perbedaan metabolisme antara kronotipe awal dan akhir.***

Editor: Yoga Mulyana

Sumber: news-medical

Tags

Terkini

Terpopuler