4 Efek Samping Mengerikan Akibat Operasi Ganti Kelamin, Paling Parah Menyebabkan Kematian

17 Oktober 2021, 10:36 WIB
Tyler Reks menjadi wanita transgender dengan nama barunya Gabb Alin Tuft. /Instagram/

JURNAL SOREANG - Selain penuh resiko, operasi ganti kelamin punya dampak panjang yang terus menjangkiti dan mengikuti seorang transgender seumur hidupnya.

Operasi ganti kelamin tidak hanya dilakukan sekali di awal. Agar hasilnya lebih optimal, biasanya dokter menyarankan klien untuk menjalani beberapa kali operasi lagi.

Oleh karena itu, ada beberapa risiko dampak atau komplikasi yang bisa dialami pasien setelah prosedur ini dijalankan.

Baca Juga: Simak! 6 Syarat Operasi Ganti Kelamin di Thailand, Diantaranya Tidak Menyesali Keputusan Sendiri

Dikutip Jurnal Soreang dari hellosehat.com, berikut adalah sederet risiko efek samping menjalani operasi ganti kelamin :


1. Perdarahan dan infeksi

Munculnya perdarahan dan infeksi merupakan efek samping operasi ganti kelamin yang paling sering terjadi.

Saat operasi, dokter akan membuat banyak sayatan pada penis atau vagina.

Proses tersebut berisiko melukai pembuluh darah sehingga menyebabkan perdarahan dalam jumlah banyak.

Baca Juga: Selangkah lagi, Indonesia Akhiri Peceklik Gelar Piala Thomas Selama 19 Tahun

Luka operasi juga rentan terinfeksi oleh bakteri, terutama dari jenis staph. Pada kasus yang parah, infeksi dapat menyebar ke aliran darah, kemudian menyebabkan
sepsis.

Sepsis yang tidak ditangani dengan tepat berisiko mengakibatkan kegagalan organ hingga kematian.


2. Infeksi saluran kemih (ISK)

Mengingat operasi dilakukan pada alat kelamin, ada kemungkinan bakteri dapat menyebar ke saluran kemih.

Hal ini sejalan dengan sebuah survei jangka panjang yang dimuat dalam kongres PRS Global Open tahun 2016.

Ada pasien yang menjalani operasi ganti kelamin ternyata mengalami efek samping menyerupai gejala ISK.

Gejala ISK tersebut meliputi nyeri panggul, aliran urine yang lemah, susah buang air kecil, dan sering buang air kecil pada malam hari


3. Masalah kesehatan terkait perubahan hormon

Sekitar satu tahun sebelum operasi, pasien akan diminta untuk menjalani terapi hormon.

Pria yang ingin menjalani operasi transgender perlu menempuh terapi estrogen dulu guna memunculkan ciri reproduksi feminin.

Begitu pula dengan perempuan yang ingin menjalani prosedur kelamin ini, akan menjalani terapi testosteron guna mendapatkan efek sebagai pria.

Nah, kedua hormon ini tidak luput dari efek samping. Terapi estrogen bisa meningkatkan risiko pembentukan gumpalan darah pada paru-paru dan pembuluh darah di area
kaki.

Baca Juga: Ole Gunnar Solskjaer dalam Tekanan Setelah Kekalahan Manchester United

Kondisi ini tentu dapat memicu komplikasi saat operasi berlangsung.

Di sisi lain, terapi testosteron berisiko meningkatkan tekanan darah, penurunan respons tubuh terhadap insulin, dan perubahan abnormal pada jaringan lemak.

Perubahan ini berpeluang menimbulkan obesitas, hipertensi, serta diabetes di kemudian hari.


4. Masalah psikologis

Terlepas dari hasilnya, penting untuk dipertimbangkan bahwa efek samping operasi ganti kelamin tidak hanya memengaruhi fisik, tetapi juga kondisi mental pasien.

Penyesalan biasanya muncul saat operasi yang dijalani ternyata tidak membuat pasien merasa berada dalam tubuh yang selama ini ia dambakan.

Stigma negatif, diskriminasi, dan prasangka dari orang lain juga turut memperburuk kondisi psikologis pasien.

Akibatnya, pasien menjadi rentan mengalami gangguan kecemasan, depresi, dan trauma pasca-operasi.

Pada dasarnya, menjalani operasi ganti kelamin merupakan suatu langkah yang besar dalam hidup.

Pasien harus memiliki pemahaman menyeluruh terkait prosedur operasi mengubah kelamin, terapi hormon, risiko, serta berbagai komplikasi yang dapat terjadi.

Baca Juga: Wow! 15 KODE REDEEM PUBG Mobile Edisii Minggu 17 Oktober 2021, Bisa Kamu Dapatkan Secara GRATIS

Oleh sebab itu, tim medis biasanya mengharuskan pasien menjalani sejumlah tahapan pra-operasi guna menilai kesiapannya.

Tahapan tersebut terdiri atas penilaian kesehatan mental, pencatatan perilaku sehari-hari, serta ‘tes’ dalam kehidupan nyata.

Tes bertujuan untuk memastikan bahwa pasien memang berkehendak mengubah peran gendernya.

Setelah seluruh tahapan terlewati, barulah pasien bisa menghadapi operasi ganti kelamin dan dinilai siap menghadapi semua risiko efek samping yang mungkin terjadi.

Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. ***

Editor: Sam

Sumber: hellosehat.com

Tags

Terkini

Terpopuler