Bahkan yang terjadi selama ini, besarnya impor bawang putih menyebabkan komoditas ini selalu mengalami defisit neraca perdagangan dari 1996.
"Saya minta secara khusus kepada pemerintah melalui Kementerian Pertanian, setidaknya ada upaya mengurangi besaran importasi bawang putih di negara kita. Kegiatan dan program kementan di direktorat jenderal Horti mesti ada sukses storynya untuk menekan angka importasi bawang putih yang memang komoditas ini tidak banyak di tanam di Indonesia seimbang dengan kebutuhan rakyat Indonesia yang sangat banyak.", tutur Akmal.
Baca Juga: Ingin Bisa Swasembada Pangan? Harus Dimulai dari Membangun Hal Ini di Sentra Produksi
Wakil rakyat asal Sulawesi Selatan II ini menyarankan, agar ada bimbingan dan program yang menyasar langsung para petani bawang putih baik bantuan pembinaan, bibit, alsintan dan lain sebagainya.
"Kami siap terjun langsung mendampingi pemerintah sekaligus menjalankan fungsi pengawasaanya. Para importir harus berperan untuk kontribusi mendorong luasan areal tanam sebagai bentuk tanggung jawab sosialnya," ujarnya.
Akmal berharap tahun depan ada perbaikan. Tingginya angka import bawang putih tahun 2021.
"Saat ini dengan perizinan impor yang tertuang dalam Permendag No. 20/2021, para importir memprediksi
Bawang putih berpotensi mengalami kelangkaan tahun 2022," katanya.
Pemerintah melalui kementan harus menjawab tantangan ini sehingga import menurun.
"Di lain pihak kebutuhan masyarakat akan ketersedian bawang putih terpenuhi dengan harga yang wajar dan terjangkau," kata Andi Akmal Pasluddin.***