Gawat! 45 Persen UMKM Hanya Tahan 3 Bulan Sampai Kehabisan Kas Atau Tabungan di Tengah Pandemi

11 November 2020, 19:09 WIB
Fiki Satari, Stafsus Menteri Koperasi UKM bersama Gabriel Frans, Co-Founder dan CEO Credibook (Pemenang I Pahlawan Digital UMKM 2020) dan Putri Tanjung, Penggagas Pahlawan Digital UMKM berdiskusi dalam dialog produktif bertema Pahwalan Digital Pendukung UMKM di Jakarta, Rabu 11 November 2020. /

JURNAL SOREANG – Sekitar 45 persen pelaku Usaha Mikro,Kecil dan Menenga h (UMKM) hanya mampu bertahan selama tiga bulan di masa resesi ekonomi akibat dampak pandemi Covid-19.

Hal itu terungkap dalam Dialog bertajuk “Pahlawan Digital Pendukung UMKM” yang digelar oleh Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) di kanal youtube FMB9ID_IKP, Rabu 11 November 2020.

Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM Fiki Satari mengatakan, berdasarkan data BPS per September 2020, kondisi yang dihadapi UMKM memang cukup menantang.

Baca Juga: Miris, Dana Talangan Asuransi Ini Rp 22 Triliun, tapi Pertanian Cuma Rp 3 Triliun

“Bahwa 45 persen pelaku UKM hanya mampu bertahan selama 3 bulan dalam kondisi ekonomi di masa pandemi seperti ini,” kata Fiki.

Selain itu Fiki juga melansir sejumlah fakta dari data survei Asian Development Bank (ADB) terkait dampak pandemi terhadap UMKM di Indonesia,.

Dari data tersebut, sekitar 88 persen usaha mikro kehabisan kas atau tabungan dan lebih dari 60 persen usaha mikro kecil ini sudah mengurangi tenaga kerjanya.

Baca Juga: Top, Jalan Akses Pelabuhan Patimban siap dioperasikan

“Oleh karena itu, sangat penting bagi usaha mikro agar diintervensi dengan literasi keuangan”, ujar Fiki.

Fiki menambahkan, Kemenkop UKM sendiri memiliki strategi pengembangan digitalisasi UMKM dalam 4 tahap.

Pertama, meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan mempersiapkan pelaku usaha UMKM agar kapasitasnya bisa meningkat.

Baca Juga: Bukan 3M, Bupati Bandung Dadang M. Naser malah Ajak Warganya Terapkan 5M untuk Cegah Covid-19.

Kedua adalah mengintervensi perbaikan proses bisnisnya yang diturunkan ke dalam beberapa program.

Ketigaa, perluasan akses pasar, termasuk pasar yang dikembangkan oleh Kemenkop UKM lewat bekerjasama dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) agar pelaku UMKM bisa menjadi vendor pengadaan barang dan jasa pemerintah.

Sedangkan yang terakhir adalah mengglorifikasi pahlawan lokal pelaku UMKM.

Baca Juga: Waduh, Mantan Wakil Ketua Komisi IX DPR RI 2014-2019, Irgan Chairul Mahfiz Ditahan KPK

“Pahlawan lokal pelaku UMKM ini syaratnya adalah dia menjadi pemantik, pemberdaya, punya brand yang kuat dan secara keseluruhan mampu mengagregasi usaha Mikro dan Kecil untuk berlabuh ke platform digital ataupun ke pasar internasional (ekspor),” tutur Fiki.

Di sisi lain, kata Fiki, tantangan UMKM di Indonesia memang cukup beragam dan perlu untuk dicarikan solusi-solusi yang tepat.

Soalnya, hal itu terkait dengan rasio kewirausahaan di Indonesia yang baru mencapai 3,5 persen.

Baca Juga: Amalkan Doa ini agar Dapat Akhir yang Baik

Untuk meningatkan rasio tersebut, Fiki melansir perlunya langkah untuk menciptakan kondisi kemudahan berusaha.

 “UMKM juga perlu langsung terhubung dengan rantai pasok industri, yang aksesnya kini baru mencapai angka 15 persen,” tutur Fiki.

Sementara itu Penggagas Pahlawan Digital UMKM, Putri Tanjung mengatakan, UMKM perlu mendapat perhatian besar saat ini, karena telah teruji sebagai tulang punggung yang menyelamatkan Indonesia dari berbagai masalah ekonomi.

Baca Juga: Amalkan Doa ini agar Dapat Akhir yang Baik

Namun saat ini mereka butuh pertolongan, karena masih terbatas dalam hal transformasi digital yang sangat penting untuk menyiasati kondisi pandemi COVID-19.

Salah satu program yang dilakukan Kemenkop UMK untuk membantu mengatasi masalah itu adalah mengajak inovator muda untuk mendukung digitalisasi UMKM lewat program Pahlawan Digital UMKM.

“Awalnya, dalam situasi serba sulit seperti ini, banyak UMKM yang mampu bertahan bahkan penjualannya meningkat karena terhubung dengan ekosistem digital. Namunbaru 10-11 juta UMKM yang terhubung dengan ekosistem digital. Di saat yang sama, saya melihat banyak sekali anak muda yang hadir dengan inovasi membantu UMKM untuk go digital,” kata Putri.

Baca Juga: Dua Legenda Madrid Masuk Daftar Calon Penerima Hall of Fame Pachuca, Meksiko

Salah satu inovator Pahlawan Digital UMKM adalah Credibook, layanan digital yang bergerak di bidang pencatatan keuangan.

“Credibook ini masuk melalui layanan pencatatan keuangan yang fokusnya pada penyelesaian masalah kasbon (utang-piutang) yang kerap dirasakan pengusaha UMKM. Turunan produk ini bergerak ke arah pembayaran digital, terutama pada sisi pembayaran tagihan. Kita juga bekerjasama dengan beberapa lembaga untuk membantu UMKM menambah pembiayaan modalnya,” tutur Gabriel Frans, Co-Founder dan CEO Credibook.

Menurut Gabriel, potensi UMKM Indonesia sangat besar, namun pelaku digitalisasi UMKM masih sedikit, sehingga menggugahnya untuk terlibat lebih jauh.

Baca Juga: Akses Masuk Gedung DPR RI Kian Sulit Dan Rumit

“Kalau mau melihat contoh, wartel kini sudah digantikan ponsel, lalu surat telah berganti email. Pencatatan keuangan pun pasti akan tergantikan. Ini hanya masalah momentum dan siapa yang mau melakukannya. Kita di Credibook, memutuskan tidak mau sekedar jadi penonton, tapi berpartisipasi untuk digitalisasi UMKM”, kata Gabriel.

Gabriel menambahkan, dari proyeksi ekonomi digital yang disusun Google danTemasek Holding, sektor ekonomi digital Indonesia adalah yang terbesar di kawasan Asia Tenggara.

Potensi ekonomi nya hingga 2025 nanti, mencapai hampir Rp2000 Triliun, sehingga pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan hendaknya bersinergi untuk mendorong potensi tersebut.

Baca Juga: Koeman, Messi Memang Pembeda

“Sebagai anak muda, kita sering mengeluh di media sosial, termasuk saya juga. Tapi cobalah berpikir lebih jauh, bahwa keluhan itu sebenarnya perlu solusi. Banyak produk dan startup justru datang dari membaca peluang dari keluhan atau masalah tersebut,”  tutur Gabriel.***

Editor: Handri

Sumber: KPCPEN

Tags

Terkini

Terpopuler