Pendiri Toko Gunung Agung, Masagung dengan Pribadi yang Pemberani

22 Mei 2023, 18:48 WIB
Foto Toko Buku Gunung Agung di Margo City /Gunung Agung

JURNAL SOREANG - Toko Gunung Agung dikabarkan akan menutup seluruh cabang secara permanen pada tahun 2023.

Pernyataan resmi direksi disampaikan bahwa, permasalahan biaya operasional yang semakin membengkak setiap bulannya menjadi salah satu faktor penyebabnya.

Masagung pendiri Toko Gunung Agung, yang memulai usahanya sejak tahun 1940-an, beliau mengawali usahanya dari mulai berdagang buku bekas hingga mencatatkan perusahannya ke pasar Bursa Efek Jakarta.

Bagaimana perjuangan Masagung hingga mencapai masa kejayaannya? Simak kisahnya disini!

Baca Juga: Dorong Target Prestasi Atlet KONI Kabupaten Bandung, Kang DS Siap Mengakomodir Sarana Kebutuhan Cabor


Masa Kecil Tjio Wie Tay

Dilansir dari laman Wikipedia, Tjio Wie Tay menjadi anak yatim ketika dia masih berusia empat tahun, sejak saat itu kehidupan ekonomi keluarga mereka menjadi sangat sulit. Wie Tay tumbuh sebagai anak nakal yang suka berkelahi.

Ia juga punya kebiasaan "suka mencuri" buku-buku pelajaran kakak-kakaknya untuk dijual di pasar Senen guna mendapatkan uang saku. Karena kenakalan ini, ia tidak bisa menyelesaikan sekolah, meski sudah dikirim sampai ke Bogor dan sempat masuk di dua sekolah berbeda.

Wie Tay tumbuh menjadi anak pemberani dan percaya diri. Dengan modal keberanian ini menjadi salah satu kekuatan Wie Tay untuk membangun bisnis.

Baca Juga: Harus Tahu! 5 Bentuk Bibir Wanita yang Mencerminkan Sifat dan Kepribadiannya, Anda Termasuk yang Mana?

Setelah diusir pamannya dari Bogor dan harus kembali ke Jakarta saat berusia 13 tahun, Wie Tay menemukan kenyataan bahwa keadaan ekonomi ibunya belum membaik juga.

Tak ada jalan lain baginya kecuali harus mencari uang sendiri. Awalnya, ia kembali ke kebiasaan lama mencuri buku pelajaran kakaknya untuk dijual guna mendapatkan 50 sen. Setelah stok buku pelajaran habis, ia mencoba menjadi "manusia karet di panggung pertunjukkan" senam dan aerobatik, walaupun penghasilannya ternyata tidak seberapa banyak.

Perjuangan Masagung Dalam Membangun Usaha Toko Buku

Baca Juga: Coldplay in Jakarta! Mengusung Konser Ramah Lingkungan, Chris : Konser Kami 45% Lebih Hijau

Toko ini pengembangan dari perdagangan buku bekas yang dijalankan oleh Masagung yang dimulai sejak 1940-an. Masagung membangun toko baru di daerah Kwitang, Jakarta. Lokasi ini masih menjadi kantor pusat hingga saat ini.

Toko Gunung Agung, didirikan pada tahun 1953 oleh Tjio Wie Tay yang berganti nama menjadi Masagung. Masagung merupakan pebisnis Tionghoa mualaf.

Bisnisnya mulai meningkat pesat karena sering menggelar pameran, Gunung Agung mulai dikenal dan dipercayai banyak tokoh penting sebagai penerbit buku.

Baca Juga: 5 Tanggal Lahir yang Memiliki Kemampuan Khusus yang Membuatnya Menjadi Istimewa

Toko Gunung Agung, didirikan pada tahun 1953 oleh Tjio Wie Tay yang berganti nama menjadi Masagung, toko ini menjadi salah satu tujuan warga saat hendak membeli buku.

Tahun 1965 Toko Agung membuka cabang di Tokyo. Selain itu bisnis Toko Gunung Agung merambah ke percetakan, penerbitan, distribusi, hingga impor majalah.

Pada tahun 1980 Toko Gunung Agung didirikan dalam bentuk CV bernama Ayumas Jakarta, kemudian berganti nama menjadi PT Toko Gunung Agung Tbk.

Baca Juga: Jangan Lakukan! 4 Pantangan Menulis Artikel Topik yang Viral, Agar Tidak Dirujak Netizen

Pada tahun 1980-an, Masagung memberikan kepemimpinan perusahaan kepada anak-anaknya, hingga saat ini.

Dilansir dari wikipedia, Saat ini, Toko Gunung Agung telah memiliki 30 cabang di kota besar Jawa dan Bali dengan luas area penjualan 28.000 meter persegi; 20 cabang diantaranya berada di Jakarta dan sekitarnya.

Selain memiliki Toko Gunung Agung, kini PT GA Tiga Belas juga memiliki 4 cabang toko buku dengan merek dagang TGA Bookstore yang berada di Senayan City, Pondok Indah Mall, ANZ Thamrin Nine dan Galaxy Mall.

Baca Juga: 10 SMK Swasta Terbaik di Karawang Berdasarkan Nilai Ujian Nasional 2019 untuk Referensi PPDB 2023

Perbedaan antara Toko Gunung Agung dengan TGA Bookstore adalah dari segi segmen pasar yang dituju: TGA Bookstore lebih membidik pasar kelas menengah ke atas, sehingga barang-barang yang dijual disesuaikan dengan target pasar, khususnya buku-buku impor.

Dengan peningkatan pencapaian penjualan, dan tingginya minat berinvestasi. Toko Gunung Agung mulai mencatatkan sahamnya pada tanggal 6 Januari 1992 di Bursa Efek Indonesia dengan kode emiten TKGA.***

 

 

Ikuti terus dan share informasi Anda di media sosial Google News Jurnal SoreangFB Page Jurnal SoreangYouTube Jurnal SoreangInstagram @jurnal.soreang, dan TikTok @jurnalsoreang

Editor: Josa Tambunan

Sumber: Berbagai sumber

Tags

Terkini

Terpopuler