Ekspor CPO Pernah Dilarang dan Dibolehkan Lagi, tapi Harga Minyak Goreng Tetap Tinggi

22 Mei 2022, 22:57 WIB
Ekspor CPO Pernah Dilarang dan Dibolehkan Lagi, tapi Harga Minyak Goreng Tetap Tinggi, Apanya yang Salah? /PMJ News

JURNAL SOREANG-  Wakil rakyat asal Sumatera Barat, Hj. Nevi Zuairina, memperhatikan kondisi petani sawit yang mengalami penderitaan akibat tandan buah segar (TBS) harganya anjlok akibat kebijakan larangan ekspor CPO oleh pemerintah.

Meski akhirnya pemerintah membolehkan lagi ekspor CPO mulai Senin besok.

“Tujuan pemerintah melarang bahan baku minyak goreng berupa CPO ini kan bagus agar ketersediaan minyak goreng dalam negeri menjadi tersedia dengan harga terjangkau seperti tahun lalu," kata Nevi, Minggu 22 Mei 2022.

Baca Juga: Polri Gagalkan Penyelundupan 8 Kontainer Minyak Goreng Siap Ekspor dari Jatim ke Timor Leste, Ini Modusnya

Tapi pada kenyataannya, setelah CPO dilarang ekspor, Harga minyak goreng tetap tinggi dan petani malah menderita karena larangan ekspor crude palm oil (CPO) berdampak pada anjloknya harga tandan buah segar (TBS) yang turut menekan perekonomian para petani sawit”, tutur Nevi.

Dia menerangkan bahwa Harga minyak goreng mulai merangkak naik sejak bulan September 2021. Berdasarkan data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, saat itu harganya masih Rp15.000 per liter.

Namun beberapa bulan kemudian harga terus naik, sampai dengan bulan Januari 2022 harga minyak goreng mencapai rata-rata Rp20.000 per liternya.

Bahkan kini sejak bulan ramadhan hingga pasca lebaran idul fitri, harga minyak goreng dalam kemasan di pasar modern masih bertengger di harga 50 ribu per dua liter.

Baca Juga: Berikut 5 Negara Penghasil Minyak Terbesar, Adakah Qatar Sang Tuan Rumah Piala Dunia 2022?

“Sudah tidak berefek kebijakan pemerintah dengan berbagai peraturannya. Alih-alih untuk menjaga stabilitas harga minyak goreng, yang ada malah kebijakan larangan ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) membuat harga beli tandan buah segar (TBS) sawit petani di sejumlah daerah melorot dan bisa berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi”, Kata Nevi.

Legislator asal Sumatera Barat II ini mendesak pemerintah agar petani dibantu dgn berbagai insentif. Menurutnya, pemerintah harus bertanggung jawab sebagai dampak kebijakan ini pada petani sawit dengan membantu mereka melalui berbagai insentif yg meringankan mereka, baik insentif di input, di proses, di outputnya, atau insentif harga.

“Saya berharap, ada evaluasi menyeluruh terhadap seluruh kebijakan terkait minyak goreng ini. Semua serba try and error, tapi banyak melesetnya yang ditunjukkan semua kebijakan yang dikeluarkan tidak ada yang dapat menyelesaikan persoalan minyak goreng yang berlarut-larut”, tutup Nevi Zuairina.***

Editor: Sarnapi

Tags

Terkini

Terpopuler