Jumlah Ponsel di Indonesia 360 Juta, tapi Fintech Tertinggal

30 November 2020, 14:44 WIB
Pakar ekonomi syariah dan Rektor Tazkia Islamic University College Bogor, Dr. Murniati Mukhlisin, M.Acc., CFP, /HUMAS UIN SGD/

JURNAL SOREANG- Indonesia memiliki  banyak potensi menjadi negara maju dakam financial technology (fintech) yang kini tertinggal jauh. Hal ini karena penggunakan mobile phone yang mencapai 360 juta jiwa lebih besar dari pada total populasi Indonesia.

"Selain itu, terdapat 50 juta UMKM yang membutuhkan pendanaan yang dapat diperoleh dari Fintech , dan kolaborasi dengan 110.000 koperasi dengan 20 juta anggota tersebar di Indonesia," kata Rektor Tazkia Islamic University College Bogor,  Dr. Murniati Mukhlisin, M.Acc., CFP, peenyataannya dalam seminar Fintech di UIN SGD, Senin, 30 November 2020.

Dia menambahkan, saat ini sekitar 40 persen masyarakat Indonesia belum mempunyai akses langsung ke sektor keuangan termasuk perbankan, maka melalui Fintech  tingkat inklusi keuangan dapat ditingkatkan.

Baca Juga: Ingin Konsultasi Psikologi Berbasis Islam, Datangkah ke Kampus Ini

"Dari sisi efisiensi, Fintech  syariah dapat mengurangi waktu tunggu, lamanya durasi transaksi, dan lamanya waktu perjalanan," ujar rektor muda yang meraih gelar PhD nya dari Universitas Glasgow, Inggria ini.

Dia  menjabarkan beberapa tantangan pengembangan Fintech  Syariah di Indonesia, di antaranya mengurangi kerja manual sehingga akan berimbas pada meningkatnya jumlah pengangguran di Indonesia sebesar 25 persen.

"Belum lagi dengan jeterbukaan informasi dan kejahatan dunia maya yang hal ini dikarenakan dengan digitalisasi semua data yang disimpan dapat sewaktu-waktu diakses oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.Kejahatan dunia maya itu seperti, CyberCrime, Cyberstalking, carding, hacking, dan cracker," ucapnya.

Baca Juga: Tol Cipali Kembali Telan Korban Jiwa, 10 Orang Tewas dalam Tabrakan Beruntun

Fintech  juga dapat menyebabkan berkurangnya interaksi manusia, karena semua transaksi dilakukan secara digital.

"Untuk menanggulangi tantangan itu kampus mempunyai peran yang cukup besar dengan mendirikan pusat studi Fintech  Syariah,  memberikan kebijakan konsentrasi jurusan seperti digital marketing dan digital ekonomi," katanya.

Seminar yang digelar Jurusan Manajemen Keuangan Syariah (MKS) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN SGD bertajuk “Fintech  Syariah: Antara Peluang dan Tantangannya di Indonesia” melalui aplikasi Zoom Cloud Meeting dan live streaming.

Baca Juga: Selain Beraksi Pakai Sepeda Ontel, Emon Tak Mau Mencuri Saat Bulan Purnama

Murniati yang juga Pembina Asosiasi FinTek Syariah Indonesia (AFSI) tersebut mengatakan,  Indonesia masih berada pada urutan ke-47 pada Fintech  Country Rankings.

“Ini menunjukkan Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan Singapura sebagai negara sesama ASEAN yang berada pada urutan ketiga. Salah satu faktor yang mendasarinya adalah kurang siapnya sumber daya manusia dan infrastruktur di Indonesia,” ujarnya. ***

Editor: Sarnapi

Tags

Terkini

Terpopuler