Pemancar Radio Malabar memiliki teknologi Arch Transmitter terbesar di dunia, dan memiliki pemancar yang berasal dari Jerman.dengan kekuatan 3,5 Mega Watt.
Guna memenuhi kebutuhan listrik di Radio Malabar dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Air di daerah Dago dan Dayeuhkolot.
Stasiun radio ini dibangun pada tahun 1917 - 1923, dengan melibatkan banyak warga pribumi sebagai tenaga kasararnya.
Baca Juga: Waspadai Omicron! Kasus Covid-19 di Kabupaten Bandung Tambah Lagi 427
Radio ini merupakan yang pertama menghubungkan dua Benua, dengan jarak 12.000 km.
Pada tahun 1939 meletus perang dunia ke II pada masa tersebut wilayah asia pasifik termasuk Indonesia menjadi zona ekspansi oleh Jepang.
Pada pertempuran di Jawa Barat tahun 1942, kekaisaran Jepang menjatuhkan bom di Radio Malabar sehingga para pegawai mengungsi ke Yogyakarta.
8 Maret 1942 hari terakhir Radio Malabar dikuasai oleh Belanda. Dengan kata kata di siaran terakhir “ Kami akhiri sekarang, selamat berpisah sampai waktu yang lebih baik, hidup Sang Ratu”.
Pada pemerintahan jepang radio ini digunakan untuk melalukan propaganda jepang, dan menyiarkan berita dari Tokyo.