JURNAL SOREANG - Di tahun 2021 ini, PDAM Tirtaraharja menargetkan 30 persen dari jumlah penduduk menjadi pelanggannya. Akan tetapi, target yang harus dicapai tersebut masih jauh dari jumlah pelanggan PDAM sekarang ini, yakni baru sekitar 11,7 persen.
Hal tersebut disebabkan salah satunya oleh pengembangan Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Sadu yang belum selesai seluruhnya, juga masih kurangnya jumlah IPAM di wilayah Kabupaten Bandung saat ini.
Dirut PDAM Tirtaraharja, H. Rudie Kusmayadi, BE. M.Si., mengatakan pihaknya menyusun rencana pengembangan beberapa IPAM dalam rangka mencapai target jumlah pelanggan di 2021.
Baca Juga: Diberhentikan Oleh Jokowi, Ini Pekerjaan Sekarang Mantan Menparekraf Wishnutama
"Target 2021 kita itu harus mencapai 130.000, rencananya mengembangkan Sadu dan Silumbra," ucap Rudie dalam keterangannya kepada Jurnal Soreang seusai acara Kunjungan Silaturahmi Bupati Bandung ke PDAM dan Peresmian IPAM Sadu Soreang, Senin 8 Februari 2021.
IPAM Sadu sendiri terletak di Jalan Sadu, Desa Sadu, Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung, Jawa Barat. "Kita menyebutnya di sini IPAM Sadu padahal sistem pengolahan air minumnya SPAM Gambung," jelasnya.
Rudie menuturkan, di lokasi ini, pihaknya mengolah air baku menjadi air bersih yang berkapasitas 200 liter per detik. Air bersih tersebut dapat digunakan oleh 20 ribu pelanggan.
"Namun, karena belum selesai seluruhnya, kita baru bisa meng-cover masyarakat Soreang, Katapang, dan Margahayu dengan total 8.700 pelanggan," ungkap Rudie.
Didorong IPAM Sadu, lanjut Rudie, membuat jumlah pelanggan PDAM Tirtaraharja naik menjadi 105.800 pelanggan se-Kabupaten Bandung. "Instalasi ini kita mau bikin satu lagi untuk pengembangan ke depan karena rencana bisnisnya sampai tahun 2024," terangnya.
Hal tersebut mendongkrak PDAM Tirtaraharja dari posisi tipe PDAM kedua menjadi tipe PDAM satu dengan jumlah pelanggan di atas 100 ribu.
Baca Juga: LIVE STREAMING dan Prediksi Atletico Madrid vs Celta Vigo, Selasa 9 Februari Pukul 03.00 WIB
Terkait pengembangan IPAM Sadu, Rudie memaparkan, lahan seluas 2 hektar (ha) di lokasi ini akan diperuntukkan untuk instalasi khusus.
Dimana, sambungnya, hasil pengolahan air yang bercampur lumpur akan diolah terlebih dahulu di bak pengolahan lumpur. "Setelah tidak ada lumpur dan bahan kimia, baru kita buang ke badan air penerima sungai di depan," ungkapnya.
Selain pengembangan IPAM Sadu dan membuat 1 instalasi pengolahan baru untuk memenuhi target jumlah pelanggan, Rudie memaparkan bahwa pihaknya juga akan mendukung kerjasama pemerintah untuk Situ Nyonya di Kecamatan Ciwidey.
"Itu nanti karena investasinya memang hampir Rp1,7 trilyun, jadi kita susah pendanaan tersebut," ungkap Rudie.
Solusi dari pendanaan yang tergolong besar tersebut, lanjutnya, adalah dengan menyerahkan ke pihak swasta lewat Pemerintah Provinsi.
"Nanti kita beli air yang sudah jadi dari Kota Bandung, Cimahi, dan Kabupaten Bandung Barat," ujarnya.
Langkah tersebut dinilai sepadan, mengingat potensi Situ Nyonya bisa mencapai 4 ribu liter per detik. "Tapi tahap pertama kita ambil sekitar 1.400 liter per detik," imbuh Rudie.***