Terdampak Pembangunan TPT Irigasi di Desa Malakasari, Baleendah, Sawah Petani Kekeringan dan Dipastikan Merugi

3 Oktober 2021, 12:18 WIB
Petani Desa Malakasari, Kecamatan Baleendah, saat menerima bantuan berupa satu unit dari dua unit mesin pompa air yang disepakati dari dinas terkait yang hingga kini mesin belum bisa dijalankan akibat belum diterimanya selang penyedotan, Jumat 1 Oktober 2021. /Yusup Supriatna/Jurnal Soreang

 JURNAL SOREANG - Semenjak adanya pembangunan tembok penahan tanah (TPT), irigasi Ciherang yang melintasi di sejumlah desa di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, tidak lagi teraliri air.

Akibat kondisi tersebut, sejumlah sawah milik para petani mengalami Kekeringan. Selain itu, para petani juga mengalami kerugian baik materil maupun immateril.

"Saat pembangunan TPT di wilayahnya, berbarengan dengan waktunya tanam padi. Bahkan sebagian petani juga memulai tanam sayuran yang tentunya sangat membutuhkan air," ungkap H. Eong kepada Jurnal Soreang di kediamannya di Kampung Bojong Cibodas, Desa Malakasari, Kecamatan Baleendah, Minggu 3 Oktober 2021.

Baca Juga: Kabar Baik! Penyintas Covid-19 Bisa Vaksin 1 Bulan Setelah Sembuh, Asalkan...

Menurutnya, imbas adanya pembangunan TPT ini, aliran irigasi Ciherang menjadi tidak mengalir dan akibatnya sawah petani di tiga desa mengalami Kekeringan.

Desa tersebut kata H. Eong, yakni desa Malakasari, Bojong Malaka dan Andir, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung.

"Untuk di desa Malakasari, perkiraan ada 100 lebih hektare, sawah alami kekeringan. Kalau ditambah dengan Bojong Malaka dan Andir, perkiraan 200 an lebih hektare mengalami kondisi serupa yakni Kekeringan," terangnya.

"Jika dihitungkan secara materil, kondisi yang terjad, petani mengalami kerugian yang lumayan besar bisa mencapai ratusan juta hingga milyaran rupiah," tambahnya.

Baca Juga: 5 Keistimewaan Weton Kelahiran Rabu Menurut Primbon Jawa, Berikut Penjelasannya

H. Eong menjelaskan, kondisi yang terjadi, para petani sudah menyampaikan keluhannya kepada pemerintah setempat, dinas terkait dan tentunya kepada kontraktor.

Alhasil lanjut H. Eong, sudah tiga kali melakukan aksi, belum ada jawaban yang tegas dan sampai saat ini, irigasi belum teraliri air dan kondisi sawah masih alami kekeringan.

Hal senada disampaikan petani lainnya, H. Abah Juju. Menurutnya, Kemarin sempat ada kesepakatan antara dinas perairan, Kontraktor bersama para petani.

Salah satu kesepakatannya yakni, akan adanya aliran air dengan menggunakan mesin pompa air sebanyak dua unit.

Baca Juga: Terungkap! Kemiskinan di Brunei Darussalam Ternyata Cukup Parah, Sultan Hassanal Bolkiah Terapkan Program ini

"Sampai saat ini, mesin baru datang satu unit, selangnya belum keterima. Alhasil mesin belum bisa digunakan dan irigasi masih saja belum dialiri air," keluhnya.

"Kalau kondisi seperti ini terus terjadi, kemungkinan besar gagal tanam, gagal panen. Kerugian petani cukup besar, siapa yang akan mengganti," imbuh H. Abah Juju.***

Editor: Rustandi

Tags

Terkini

Terpopuler