Kaya raya
Sayang, upaya mewujudkan aplikasi itu tak mudah. Kepada Entrepreneur, Melanie menjelaskan tantangan terbesarnya adalah persoalan dana.
Dia sulit mendapat dana dari investor. Beberapa kali bolak-balik hingga menemui 100-an investor, gagasan Melanie dan Obrecht tak bisa terwujud. Para investor memandang bisnis desain grafis sudah mentok. Bisa dipaksakan, maka dana investor yang diberikan kepada Melanie akan menguap begitu saja.
Hingga akhirnya, secercah harapan pun tiba pada tahun 2011. Di Perth ada kompetisi startup yang mendatangkan investor Bill Tai. Melanie bergegas mendaftar dan tak disangka malah menang.
Dari sini dia berkesempatan pergi ke Silicon Valley. Singkat cerita, selepas dari pusat teknologi AS itulah dia mulai mendapat investasi senilai US$ 3 juta pada 2012.
Berkat dana itulah, Melanie-Obrecht leluasa berkarya. Beruntung, seorang eks-pegawai Google asal Sydney, Cameron Adams, bersedia membantu keduanya.
Adam yang kelak menjadi Co-Founder disebutkan membantu di sektor pengembangan teknologi.
Baca Juga: Tangkap Tersangka Dito Mahendra di Bali, Polisi Sita Satu Senjata Api
Dari hasil diskusi ketiganya itulah, tepat pada 1 Januari 2013 lahir aplikasi desain grafis bernama Canva. Dalam laman resmi perusahaan, Canva berupaya membuat semua orang bisa merancang grafis tanpa perlu keahlian desain grafis mumpuni. Dalam sekejap, aplikasi ini sukses dipakai 50.000 pengguna. Lalu setahun kemudian sudah dipakai 600.000 pengguna dengan 3,5 juta desain.
Angka ini kemudian terus berlipat ganda di tahun-tahun berikutnya. Canva pada akhirnya sukses menyamai kedudukan aplikasi desain yang ribet itu.