Kasus Hacker Kian Marak Didengar di Indonesia, Bagaimana Asal-Usul Kejahatan Siber Dimulai? Begini Sejarahnya

- 20 September 2022, 19:22 WIB
Ilustrasi hacker
Ilustrasi hacker /Instagram @the_surfboard/

JURNAL SOREANG - Akhir-akhir ini Indonesia digemparkan dengan tindak kejahatan siber yang diduga dilakukan oleh seorang hacker bernama Bjorka.

Kasus kejahatan siber yang menjadi trending di segala platform digital ini telah membuat warganet semakin akrab dengan istilah hacker.

Fenomena hacker yang sebenarnya ada sejak lama itu kini istilahnya semakin terkenal akibat aksi yang dilancarkan Bjorka.

Baca Juga: Mengenal Sejarah Tradisi Rebo Wekasan di Indonesia, Memperingati Hari Rabu Terakhir pada Bulan Safar

Lantas bagaimana awal-mula hacker melakukan aksi kejahatan siber untuk pertama kalinya di dunia?

Stigma negatif terhadap hacker ini bermula dari mahasiswa di Universitas MIT (Massachussetts Institute of Technology), Amerika Serika, yang membobol berbagai sistem komputer.

Lebih jauh dari itu, pada saat telepon pertama kali ditemukan pun pernah terjadi insiden peretasan oleh sekelompok remaja lelaki.

Baca Juga: Berikut ini 5 Pemain Terbaik yang Berisiko Tidak Masuk dalam Skuad Timans Inggris di Piala Dunia 2022

Pada tahun 1878, mereka bekerja di perusahaan komunikasi bernama Bell Telephone, dan secara tiba-tiba memutuskan panggilan telepon.

Panggilan telepon yang terputus itu diarahkan ke pihak lain sehingga bukan penerima utama yang mendengar panggilannya.

Situasi ini pun menjadi kacau akibat ulah sekelompok remaja tersebut. Berangkat dari peristiwa-peristiwa tersebut, kemudian muncullah beberapa hacker terkenal di dunia.

Baca Juga: Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua Ketika Kepergok Anak Sedang Bercinta? Simak Tipsnya!

Salah satunya adalah Kevin Mitnick berasal, seorang peretas dari Amerika Serikat, di mana pada tahun 1982 ia tercatat pernah melakukan peretasan pada sistem komputer dari Komando Pertahanan Udara Amerika atau North American Aerospace Defense Command (NORAD).

Organisasi NORAD ini berfungsi untuk memberikan informasi mengenai peringatan laporan ruang angkasa dan pertahanan antara negara Kanada dan Amerika Serikat.

Apabila sistem komputer ini dibobol, informasi-informasi pun akan tersebar secara simpang siur dan menyebabkan kekacauan.

Baca Juga: Profil dan Biodata Jordi Amat Pemain yang Disetujui oleh DPR RI untuk Dinaturasilasi, Ternyata ini Menarik

Pada tahun 1989, Mitnick juga pernah meretas sistem jaringan komputer dari perusahaan Digital Equipment Corporation (DEC).

DEC merupakan salah satu perusahaan perangkat lunak terkenal, dan dari hasil peretasannya itu, ia berhasil membuat salinan perangkat lunak buatan produsen komputer tersebut.

Akibatnya, Mitnick masuk menjadi daftar buronan utama pada saat itu yang sangat dicari oleh pemerintah.

Baca Juga: Wow! Ternyata Mengonsumsi Lemon Baik bagi Penderita Asam Urat, Cek Faktanya di Sini!

Mitnick sempat ditangkap dan menjalani hukuman penjara dari beberapa tuduhan atas peretasan yang dilakukannya.

Insiden peretasan terus terjadi seiring tahun di mana digitalisasi semakin menjamur yang artinya kasus ini mungkin akan terjadi pada tahun-tahun berikutnya juga.

Kasus kejahatan siber atau pembobolan data oleh hacker ini biasanya dipicu oleh banyak faktor, mulai dari kelemahan sistem komputer, seperti hardware, firewall, SDM (sumber daya manusia), maupun kurangnya peraturan mengenai kejahatan siber, membuka peluang munculnya peretasan.

Baca Juga: Kolesterol Saya Tinggi Tetapi Darah Rendah Bolehkah Mengkonsumsi Labu Siam ? Simak Penjelasan Dokter

Belum kuatnya sistem pertahanan yang dimiliki oleh seseorang, organisasi, atau perusahaan membuat data-data mudah diretas dan bahkan diperjualbelikan.

Dalam melaksanakan aksinya, seorang peretas atau hacker menggunakan tools yang bisa diakses secara mudah.

Hacker juga biasanya sudah paham mengenai bagian atau celah mana yang bisa dimasuki dan diretas. Mereka juga bisa keluar dari sistem tanpa terdeteksi.

Latar belakang utama dari aksi peretasan adalah untuk mencuri data, meski tak menutup kemungkinan si hacker punya kepentingan lain dalam tindakannya.

Baca Juga: Yoona SNSD Ungkap Dirinya Senang Menjadi Istri Lee Jong Suk di Drama Korea Big Mouth

Namun, belakangan ini banyak hacker yang meretas suatu sistem khususnya bertujuan untuk menjualnya dan mendapatkan keuntungan.

Di Indonesia sendiri, Kementrian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) pun memberikan beberapa anjuran dan strategi agar data-data individu kita tidak mudah diretas oleh hacker.

Cara yang paling sering kita dengar adalah dengan tidak mengeklik tautan-tautan secara sembarangan yang tersebar di internet.

Baca Juga: 3 Alasan Umum Rambut Kemaluan Miss V Dicukur, Bikin Seks Oral Lebih Puas? Ini Penjelasan Medisnya

Pasalnya, link tautan tersebut dapat saja berpotensi sebagai virus dan meretas data-data yang ada di perangkat milik pribadi.

Tautan tersebut dapat dikategorikan dalam aksi phising yang akan merugikan pengguna.

Tautan palsu tersebut memang sangat menyerupai tautan aslinya dan menimbulkan kepercayaan masyarakat.

Umumnya para pelaku phising ini menggunakan nama perusahaan besar dan terkenal untuk menjebak korbannya.

Baca Juga: Hati-hati! Resiko Kebocoran Data Pribadi Bisa Digunakan untuk Pinjol, Begini Cara Mencegahnya

Sudah banyak masyarakat yang tertipu dan memberikan data-data pribadinya di tautan tersebut.

Maka dari itu, cara yang paling mungkin dan paling awal harus dilakukan oleh setiap masyarakat adalah meningkatkan tinkat kesadaraan dan kewaspadaan saat menggunakan internet.

Terlebih, di Indonesia sendiri harus diakui bahwa literasi mengenai dunia digital masih minim.
***

Editor: Wildan Apriadi

Sumber: Berbagai sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x