Ternyata Bahasa Jawa Yogyakarta Juga Akan Direvitalisasi Balai Bahasa Yogyakarta, Berikut Permasalahannya

- 22 Maret 2023, 11:35 WIB
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Balai Bahasa Provinsi Yogyakarta bekerja sama dengan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar Seminar Nasional Hari Bahasa Ibu Internasional.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Balai Bahasa Provinsi Yogyakarta bekerja sama dengan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar Seminar Nasional Hari Bahasa Ibu Internasional. /Kemendikbud ristek/

JURNAL SOREANG- Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Balai Bahasa Provinsi Yogyakarta bekerja sama dengan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar Seminar Nasional Hari Bahasa Ibu Internasional.

Acara ini mengangkat tema “Bahasa Jawa sebagai Saka Guru Penyesuaian Masyarakat terhadap Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan Arus Budaya Lokal”.

Dalam laporannya, Kepala Balai Bahasa Provinsi Yogyakarta, Dwi Pratiwi menjelaskan bahwa tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah untuk mendengar arahan terkait kebijakan pelindungan bahasa daerah dari para narasumber.

 Selain itu, juga untuk menjaring pendapat dan pemikiran tentang beberapa hal. Pertama, upaya yang harus ditempuh agar bahasa Jawa mampu menjadi prasarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan iptek dan produk budaya lokal.

Kedua, upaya yang dapat ditempuh agar kosakata/istilah lokal tidak hilang ditelan arus global.

“Harapan kami hasil dari seminar ini dapat menjadi pijakan para pemangku kepentingan dalam menentukan kebijakan dan regulasi selanjutnya terkait dengan revitalisasi bahasa Jawa,” tutur Dwi. Dihadiri oleh 100 peserta undangan dari pemangku kepentingan, seminar ini diselenggarakan di Keraton Kilen (kediaman Sri Sultan HB X) dan disiarkan secara langsung melalui YouTube JITV Pemda DIY dan YouTube balaibahasaprovinsidiy.

Dalam pemaparannya, Kepala Badan Bahasa, E. Aminudin Aziz menyebutkan fakta bahwa kondisi bahasa Jawa terbilang masih stabil, akan tetapi kondisi ini sebaiknya tidak membuat masyarakat terlena.

Baca Juga: Hindari Kepunahan, Balai Bahasa Aceh akan Revitalisasi Bahasa Gayo, Berikut Langkahnya

Data survei terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa penutur bahasa Jawa tercatat 80 juta orang. Namun, bahasa Jawa juga telah mengalami kemunduran dengan angka turun sekitar 0,8 persen.

Aminudin Aziz mengungkap bahwa di lingkungan keluarga, hanya 73 persen orang Jawa yang menggunakan bahasa daerahnya. Sisanya, 27 persen lagi sudah tidak lagi menggunakan bahasa Jawa di lingkungan keluarga.

“Kenyataan itu menjadi tantangan bagi masyarakat agar bahasa Jawa, bagaimana agar tidak tergerus oleh bahasa-bahasa lain baik oleh bahasa Indonesia ataupun bahasa asing,” pesannya.

Penggunaan bahasa Jawa di tanah air kata Kepala Badan Bahasa, telah memberikan sumbangsih terhadap kekayaan bahasa Indonesia yang terlihat dari jumlah entri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang berasal dari bahasa daerah.

 Data per tanggal 10 Maret 2023 merincikan sebanyak 6.791 entri bahasa daerah dari 118.020 total entri dalam KBBI, terdapat 1.519 entri yang berasal dari bahasa Jawa. Saat ini, bahasa Jawa menempati bahasa daerah terbanyak yang entrinya masuk ke dalam KBBI.

“Ini artinya bahasa Jawa menjadi bahasa daerah terbesar yang berkontribusi terhadap bahasa Indonesia. Hal ini wajar karena penuturnya paling banyak,” tutur Aminudin.

Pada kesempatan yang sama, Gusti Kanjeng Ratu Hemas menyampaikan bahwa bahasa Jawa telah banyak berkontribusi dalam perkembangan iptek dan kebudayaan termasuk diaspora dan hubungan luar negeri Indonesia.

Ia menuturkan bahwa bahasa Jawa juga tersebar di pulau lain seperti Sumatra, Kalimantan, dan seterusnya. Bahkan di luar negeri pun terdapat penutur bahasa Jawa, seperti di Suriname, Kaledonia Baru, Malaysia, dan Singapura.

“Para penutur bahasa Jawa di luar negeri penting untuk menjalin diaspora Indonesia, membangun hubungan luar negeri yang baik dengan negara lain, dan membangun pengembangan kebudayaan dan studi bahasa Indonesia,” tutur Ratu Hemas.***

Ikuti terus dan share informasi Anda di media sosial Google News Jurnal SoreangFB Page Jurnal SoreangYoutube Jurnal SoreangInstagram @jurnal.soreang dan TikTok @jurnalsoreang

Editor: Sarnapi

Sumber: Kemendikbudristek


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x