Di awal pandemi Covid-19 muncul istilah “Mendadak Berani”, yang memiliki arti bahwa sebagian besar proses belajar mengajar harus sinkron, online, dan virtual.
Kehilangan kemampuan belajar atau menurunnya kualitas pembelajaran (learning loss) menjadi hal yang perlu dikhawatirkan karena berpengaruh pada terjaganya kualitas pendidikan sebagai akibat dari pandemi Covid-19.
Terkait hal ini, ke depan pendidikan harus terdiri dari pendidikan itu sendiri, wirausaha, dan lapangan kerja. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia harus melakukan reskilling dan up skilling.
“Kita semua adalah pelajar dan kita semua adalah pendidik. Oleh karena itu, semua peserta didik harus memiliki lingkungan belajar yang inklusif, yaitu dukungan membaca, menulis, matematika, berbicara, dan belajar,” kata Moch. Abduh.
Baca Juga: Kemendikbudristek Gandeng ICON+ Tingkatkan Kualitas Pendidikan dan Kebudayaan melalui TIK
Hal itu terungkap dalam acara yang digelar Pusat Data Statistik Pendidikan (Pusdatin) Kemendikbudristek berupa international Open, Distance, And e-Learning Symposium (ISODEL).
Pada kesempatan ini, Kemendikbudristek kembali menyampaikan komitmen untuk menyukseskan program digitalisasi sekolah. Cakupannya tidak hanya memperluas akses terhadap teknologi, tetapi juga menjembatani ketimpangan pada pengetahuan dan penguasaan teknologi.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, mengakui bahwa disrupsi teknologi ikut mempengaruhi dunia pendidikan. “Namun, tidak ada pilihan selain beradaptasi dan berinovasi. Dapat menjadikan disrupsi sebagai solusi,” ujarnya.
Menteri Nadiem menuturkan, menyikapi pesatnya perkembangan teknologi, Kemendikbudristek mengembangkan platform pendidikan digital yang bertujuan membantu guru dalam proses pembelajaran.