Mang Geo, sapaan akrabnya menyampaikan Pondok Pesantren Al-Kasyaf ini mempunyai visi untuk menjadikan anak yatim dan dhuafa sebagai Mufassir Al-Quran.
Yaitu mempunyai kemampuan menafsirkan al-Quran dalam berbagai bidang sesuai dengan kompetensinya. PPYD al-Kasyaf ini mempunyai kompetensi dalam menulis, public speaking, Tahfiz dan bahasa.
Baca Juga: Mantul, 28 Dosen UIN Baca Juga: UIN Sunan Gunung Djati Luncurkan Tracer Study, Ini Tujuannya agar Lolos Uji Kompetensi Internasional
Pondok Pesantren Al-Kasyaf ini di bawah naungan Yayasan Al-Kasyaf Bakti Mulia dan pendiriannya dilatarbelakangi oleh perintah Allah SWT dalam QS An-Nisa (4) : ayat 1-10 mengenai kepedulian, mengurus, memberdayakan dan memelihara hak-hak anak yatim dan dhu’afa.
Pondok Pesantren Al-Kasyaf ini menggunakan kurikulum terpadu yang menggabungkan ajaran Islam (Dien), dan pengetahuan umum dan pendidikan berasrama.
Para santri dilatih untuk mampu memiliki kompetensi tahfidz, sains, bahasa, dan ilmu islam
"Ada sekitar 200 santri di Al-Kasyaf yang datang dari berbagai pulau, seperti Ambon, Maluku, Batam dan yang paling banyak dari Garut, daerah Pakenjeng. Dengan empat kategori Yatim, Duafa, tidak tahu orang tuanya, marginal. Pesantren di sini gratis seumur hidup," kata Mang Geo lulusan S1 sampai S3 UIN SGD, tapi ijazahnya belum diambil karena keterbatasan ekonomi.
Mang Geo atas nama pengurus Al-Kasyaf mengucapkan terimakasih atas segala sumbangan yang diberikan oleh UIN Bandung, Komunitas Baik.
"Semoga dengan adanya pembagian ini dapat meningkatkan Pesantren Literasi. Dengan harapan dari Pesantren Al-Kasyaf ini dapat melanjutkan kuliah di UIN Bandung, melahirkan pembelajaran yang baik, jadi seorang mujahid, muzakki," jelasnya.