Herawati: Indonesia Alami Krisis Identitas, Konflik Horizontal dan Multikultur, dan Degradasi Moral

- 11 Mei 2021, 21:50 WIB
Ilustrasi  Hardiknas 2021. OBRI Tokyo peringati Hardiknas dengan beberapa acara.
Ilustrasi Hardiknas 2021. OBRI Tokyo peringati Hardiknas dengan beberapa acara. /created by: freepik/

JURNAL SOREANG- Hari Pendidikan Nasional tahun 2021 diperingati oleh Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara (KBST) dengan menyelenggarakan webinar bertajuk “Pendidikan Berbasis Kebudayaan Memperkuat Identitas Bangsa”, baru-baru ini.

Kepala KBST, Herawati mengatakan bahwa tema ini digunakan karena sejalan dengan tema besar Hari Pendidikan Nasional tahun 2021, yaitu “Serentak Bergerak, Wujudkan Merdeka Belajar”.

“Esensi dari merdeka belajar adalah kemandirian dan kemerdekaan. Dua hal tersebut merupakan esensi pendidikan yang diterapkan oleh Ki Hajar Dewantara. Sudah sepatutnya esensi dari merdeka belajar itu menginspirasi kita dalam mengupayakan perubahan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan,” jelas Herawati.

Baca Juga: Semarak Hardiknas 2021, 12 Warga Jepang Ikuti Lomba Pidato Bahasa Indonesia, Ini Daftar Juaranya

Menurut Herawati, bangsa Indonesia dihadapkan pada beberapa persoalan, seperti krisis identitas, konflik horizontal dan multikultur, kriminalitas, degradasi moral, dan memudarnya nilai-nilai kebangsaan yang mengakibatkan ketidakstabilan di berbagai aspek kehidupan. Untuk mengatasi persoalan tersebut, maka pendidikan berbasis kebudayaan memiliki peran yang strategis sebagai penguat identitas bangsa melalui eksplorasi dan elaborasi nilai-nilai budaya lokal.

Tujuan dari hal tersebut adalah mewujudkan warga negara yang memiliki kesadaran kewarganegaraan multikultural. Penguatan identitas bangsa melalui pendidikan berbasis kebudayaan dapat dilakukan dengan Integrasi pendidikan berbasis kebudayaan dalam desain kurikulum serta optimalisasi pendidikan kewarganegaraan berbasis kebudayaan.

Selanjutnya, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Aminudin Aziz membuka webinar sekaligus memaparkan materi yang bertajuk “Bahasa, Pola Pikir, dan Kebudayaan”. Aminudin menjelaskan tentang kaitan bahasa sebagai bagian dari pendidikan dengan kebudayaan pemahaman masyarakat setempat.

Baca Juga: Peringati Hardiknas, KBRI Tokyo Beri Penghargaan Kepada Siswa dan Guru Berprestasi

Penamaan objek-objek yang “dekat” dan banyak di lingkungan masyarakat tertentu akan memiliki banyak sebutan/penamaan, misalnya saja salju. Bagi masyarakat Indonesia, salju itu fenomena yang jauh. Sehingga, kita menamai “butiran uap air yang membeku” sebagai salju. Sedangkan, orang Inuit yang hidup di kelilingi salju memiliki banyak sebutan untuk “butiran uap air yang membeku”.

Menurut Aminudin, kebudayaan juga memengaruhi konstruksi wacana masyarakat penuturnya. Di wilayah Asia, rata-rata masyarakatnya berwacana dengan pola sirkular (memutar).

Beda dengan orang Inggris yang berwacana dengan pola linear sehingga jelas apa yang mau dikatakan. Berbeda lagi dengan masyarakat Jerman yang bertutur dengan pola digresif (berpendar) yang melebar dan Arab yang berwacana dengan pola paralel.

Baca Juga: Peringati Hardiknas 2021, KBRI Thailand Gelar Webinar Bertajuk Pendidikan Daring Menyenangkan

Dalam kaitannya dengan pendidikan di Indonesia yang memiliki keanekaragaman budaya, diperlukan pemahaman awal mengenai monokultural dan multikultural. Kemudian diversifikasi kurikulum dan asesmen keberhasilan pembelajaran yang relevan dengan latar budaya juga sebaiknya diupayakan untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Narasumber webinar selanjutnya, yaitu Arief Rachman dan Abdullah Ahadza adalah sosok yang dikenal aktif di dunia pendidikan. Arief Rachman pernah menjabat sebagai kepala sekolah dan dosen. Saat ini, Arif Rachman menjabat sebagai Ketua Harian Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sedangkan, Abdullah sampai saat ini masih mengajar aktif di Universitas Muhammdiyah Kendari.

Menurut Arief, pendidikan yang berhasil adalah yang mampu mengantarkan peserta didik menjadi insan yang bertakwa, berkepribadian matang, berilmu mutakhir dan berprestasi, memiliki rasa kebangsaan, dan berwawasan global dan kebudayaan sebagai kemudi yang memungkinkan terjadinya pembangunan yang berkelanjutan.***

Editor: Sarnapi

Sumber: Kemendikbud


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah